Diskripsi
Mencari
data tetang aborsi memiliki kesulitan yang lumayan, pada tingkat Kedinasan data
aborsi atau yang dikenal dengan abortus pada bidang klinis sangatlah sulit
untuk dicari karena datanya yang sangat rahasia. Tanggal 4 November 2014, kami
dari kelompok yang membahas abortus memulai untuk mencari data, setelah
sebelumnya mengurus surat-surat permohonan ijin untuk observasi. Permohonan
ijin yang kami buat dengan persetujuan dosen pembimbing, Kaprodi, dan Wakil Dekan
I, kami tujuan kepada tiga kantor kedinasan. Pertama, Kapolresta Malang. Kedua,
Kepala Dinas Kesehatan. Ketiga, Direktur R.S Hermina Kota Malang. Surat
permohonan ijin disahkan dan diberikan pada hari jumat tanggal 31 Oktober 2014,
dan diserahkan kepada yang dituju pada tanggal 4 November 2014.
Hari
selasa tanggal 4 November 2014 jam 07:00 WIB, kami berkumpul di gedung Fakultas
Ilmu Sosial, kemudian jam 07:30 kamu berangkat dengan tujuan utama adalah
DINKES Kota Malang atau Dinas Kesehatan Kota Malang. Perjalanan lumayan lama,
karena kami masih mencari-cari alamat Dinkes, dengan bertanya dan mencari
alamat sumber dari internet. Hingga akhirnya kami sampai sekitar jam 07:50,
karena kurangnya informasi dan keterangan mengenai Dinkes, kami bingung harus menuju
kemana dulu, menunggu di tempat informasi tetapi tidak ada orang yang menunggu,
akhirnya kami memberanikan bertanya kepada salah satu petugas yang sedang
melewati lobi informasi, selagi kami mencari infomasi, teman-teman menuggu di
lobi. Setelah diberi tahu oleh ibu-ibu yang kami tanyai, kamu semua segera
menuju ruang administrasi yang berurusan dengan surat-menyurat dan permohonan
ijin, rungannya seperti loket, kami hanya menunggu diluar ruangan dengan
memberikan surat melalui jendela loket. Ibu petugas menanyai kami dengan nada
penasaran.
“Dari mana mbak?”. “Dari UM buk”.
“Fakultas apa mbak?”. “Fakultas Ilmu Sosial buk”. Kemudian ibu itu melanjutkan
perkataannya sambil membaca surat permohonan ijin untuk observasi, namun pihak
Dinkes lebih menyebutnya penelitian. “Wah mbak, pihak Fakultas mbak belum
pernah membuat MOU dengan kami, dan seharunya embak membawa suratnya dari
BANKESBANGPOLINMAS, bukan dari fakultas langsung. Jadi embaknya harus ke
Bankesbangpolinmaas dahulu”. “Alamatnya buk, dimana?”. Ibu tersebut kemudian
menjelaskan alamat Bankesbangpolinmas. Kami memeperhatikan alamat yang
dijelaskan ibu tersebut, namun kami hanya membayangkan saja apa yang dimapaikan
ibu tersebut, hanya berbekal ingatan dan pendengaran, kami secara singkat
langsung menuju Bankesbangpolinmas.
Berputar-putar
dengan bekal ingatan dan ketidak tahuan arah, serta berbekal pengetahuan salah
satu anggota kami yang mengetahui segala arah jalan yang ada di Malang, kami
akhirnya berhenti di depan salah satu kantor Dinas, dan bertanya kepada satpam
kantor dinas tersebut, namun nihil satpam tersebut tidak mengetahui, akhirnya
kami melanjutkan perjalanan dengan mengarah ke jalan FlayOfer. Kami berada di
bawah flayofer, kemudian kami bertanya kepada seorang bapak-bapak yang ada
dipinggir jalan. Bapak tersebut ramah tetapi sama saja hasilnya nihil, karena
tidak tahu. Sementara di depan dari pemberhentian kami terdapat beberapa sosok
polisi yang sedang berjaga untuk menilang setiap kendaraan bermotor yang
melewati flayofer, karena play ofer hanya dikhusukan untuk mobil atau kendaran
beroda empat. Karena nihil, kami berinisiatif untuk bertanya saja kepada polisi
tersebut, dan ternyata salah satu dari anggota kami dihadang oleh polisi.
Polisi tersebut mengecek kelengkapan kendaraan bermotor, dan menanyai apakah teman
kami itu lewat atas. Karena mersa tidak melanggar peraturan apapun, teman kami
mejawab bahwa tidak melewati flayofer. Sekaligus bertanya mengenai alamat
Bankesbangpolinmas, kami diberi tahu dan langsung menuju Bankesbangpolinmas.
Kami sampai sekitar jam 09:05 WIB, kami masuk
dan mengutarakan maksud kami. Bapak yang kami temui lumayan tagas, kami diminta
untuk membawa surat permohonan ijin serat membawa proposal mengenai tujuan
kami. Bapak tersebut menjalaskan bahwa setelah menyerahkan proposal dan surat
ijin, kami baru di berikan surat yang ditujukan untuk Dinkes. Kami dengan lesu,
dan kecewa kembali dengan membawa asa.
Tujuan
selanjutnya setelah bankesbangpolinmas, kami menuju Kapolresta. Sesampainya di
Polresta kami bertemu dengan salah seorang teman dari kelompok lain yaitu
kelompok yang memebahas judi. Kami mencari informasi lobi reskrim, kemudian
kami diperintahkan untuk keruangan ibu yang mengurusi persuratan. Kami naik
kelantai dua dan menyerahkan surat pemohonan ijin, surat diterima dan kami diminta
untuk kembali lagi pada hari jumat tanggal 7 November.
Perjalanan
kami selanjutnya adalah RS Hermina, kami memilih RS Hermina karena merupakan RS
Ibu dan Anak. Kami masuk dari sisi parkiran, dan langsung disambut tempat
informasi, kami langsung mengutarakan tujuan kami. Mbak yang menjaga lobi RS
terbeut langsung mejelaskan bahwa RS Hermina tidak menerima penelitian, apalagi
mengenai abortus. Mbak tersebut memberi saran supaya mengajukan ke RS yang ada
di kabupaten karena nisa jadi memiliki data seputar aborsi yang ada di
desa-desa.
Kami
pulang dengan tangan hampa, tetapi pengalaman yang baik pada hari itu adalah
perjuangan tidak mengenal kita mendapatkan data atau tidak melainkan proses
kita selama memperjuangkan diri untuk mendapatkan data.
Hari
jumat pun tiba, kami siap untuk ke Polresta. Sebelum kami peri ke polresta kami
meng-list daftar rumah sakit yang akan kami datangai setelah dari
Polresta, kami menelfon RSI Aisyah, RSUD Kanjuruhan, dan RS Melati Husada, yang
menjawab telfon kami hanya dari RSI Aisyah, dengan sekalian mengajukan
proposal. Setelah menelfon RS yang terdaftar kami berangkat ke Polresta. Sesampainya di
Polresta kami langsung menuju lantai dua tempat permohonan ijin yang kami
berikan pada hari selasa sebelumnya. Selanjutnya kami diminta untuk menemui ibu yang berda di
lobi polresta untuk menunjukkan kami bagian Reskrim. Kami diantar sampai pada
suatu ruangan, rungannya gelap dan terdapat 2 orang bapak-bapak sebaya dan
seorang Ibu. Kemudian kami ditanya mengenai apa tujuan dan apa yang dicari.
Salah satu bapak sibuk mencari-cari berkas mengenai abortus yang kami maksud,
terlihat bapak tersebut tidak menemukan apa yang kami butuhkan, kemudian ibu
yang ada dirunga tersebut, diminta untuk mengantarkan kami ke ruangan yang
lainnya, kami kiran bisa disebut bagian klinis. Kami ditanya tujuan dan apa
yang dicari, kami menyampaikan tujuan kami untuk mencari data mengenai abortus.
Dua ibu yang ada diruangan tersebut dengan berat hati mengatakan bahwa data
yang kami cari tidak ada, alasannya karena lingkup Polresta adalah bagian kota
yang tidak banyak kasus-kasus seperti aborsi terjadi dan diketahui pihak
polisi. Sebelum menutup perjumpaan kami ibu tersebut memberikan pesan kepada
kami bahwa Polresta sangat membutuhkan Lulusan psikologi Klinis untuk membantu
mereka dalam penyembuhan korban-korban penganiayaan, ataupun lainnya. Kami pun
mengiyakan pesan tersebut, kami segera keluar ruangan.
Letak
Polresta Malang berseberangan dengan RS Syaiful Anwar, segera kami memutar
balik otak untuk mencoba mencari data ke RS Syaiful Anwar. Kami masuk, dan kami
mencari rungan bidang humas, kami melihat petunjuk yang menjelaskan ruangan
bidang Humas ada di lantai tiga. Kami naik dan sampailah kami di Ruang humas.
Dirungan tersebut kami disambut dengan hangat, serta diberi pengertian mengenai
abortus. Seperti biasa, kami ditanya tujuan dan hal apa yang sedang kami cari.
Kami nyampaikan maksud dan tujuan kami untuk mencari data abortus. Bapaknya
menimpali, disini adanya abortus yang legal, tidak ada yang ilegal. Kemudian
kami menjelaskan pula bahwa kami hanya ingin memastikan bahwa apakah ada data
mengenai abortus. Bapak tersebut menjawab ada, sambil menelpon bagian abortus.
Ibu yang ada diseberang telepon mengatakan bahwa ada data mengenai abortus,
tetapi kalian harus menyerahkan proposal dan surat permohonan ijin, kemudian
diajukan kebagian DIKLIT yaitu bagian pendidikan dan penelitian, karena sangat
rahasianya data abotur dan tidak sembarang orang boleh mengetahuinya maka kami
memaklumi itu. Saat itu kami pulang dengan perasaan yang kecewa karena nihil
tidak mendapat data, sekalitgus juga senang karena kami mencadapat kesempatan
dari RS Syaiful Anwar untuk mendapatkan datanya.
Singkat
cerita kami selanjutnya pada tanggal 19 November mengajukan beberapa surat
pemohonan ijin lagi untuk observasi dan mencari data. Kami menuju RS Syaiful
Anwar, Bankesbangpolinmas dan RSI Aisyah. Semuanya menerima proposal dan surat
ijin kami, tetapi yang membuat kecewa RS Syaiful Anwar ternyata masih akan
merundingkan atau merapatkan dengan para dokter disetujuikah proposal kami, dan
kami jug diharuskan memenuhi sabuah persyaratan jika ingin mancari data dari RS
Syaiful Anwar. Selain itu yangn embuat kecewa adalah, kami bisa mendapatkan
datanya sekitar bulan januri, kami pun mundur secara perlahan dari Syaiful
Anwar karena menurut kami waktunya terlalu lama.
Bankesbangpolinmas
menyetujui proposal kami dan kami diminta untuk kembali lagi pada hari selasa
tanggal 25 November. Semuanya lancar KTP salah satu anggota kami ditahan
sebagai jaminan, dan bisa diambil hari selasa dengan memberikan foto copy
seluruh anggota.
RSI
Aisyah juga menerima proposal kami tetapi kami harus menunggu selama satu
minggu untuk mendapatkan persetujuan dari pihak rumah sakit. Kami mengiyakan
dan menurut saja.
Tiba
hari selasa tanggal 25, kami berkumpul jam 07:00 dan berangkat ke
Bankesbangpolinmas untuk menyerahkan foto copy dan langsung menuju Dinkes. Sampai
di Dinkes kami sedikit was-was takutnya data yang kami cari tidak ada, dan apa
yang kami khawatirkan pun terjadi. Dinkes tidak memiliki data mengenai abortus,
Ibu yang kami temui mengatakan bahwa Dinkes tidak mengurusi hal semacam itu,
Dinkes hanya mempunyai data-data umum seperti banyaknya bayi lahir atau
banyaknya bayi mati. Kami kecewa, dan kami memutuskan untuk menelpon RSI
Aisyah. Telpon tersambungkan tetapi kami menunggu jawaban yang tidak ada. Kami
menelpon kembali dan hasilnya nihil, padahal ibu yang kami temui mngatakan
untuk menelpon setelah seminggu.
Kami
kelompok abortus sangat kesusahan mencari data abortus, tetapi kami senang
banyak yang kami dapat, selain itu kami juga mendapat data dari korban-korban
langsung yang pernah abortus. Ada yang karena keguguran, dan ada yang karena
diaborsi tetapi dengan menggunakan obat dari Cina.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar