KERAJINAN SANDAL BANGKIAK (KELOMPEN)
SINGOSARI MALANG
PAPER
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATAKULIAH
Sejarah Kebudayaan Indonesia
yang dibina oleh Bapak I
Dewa Putu Eskasasnanda S.Ant.,M.A.
Oleh:
Nadiyya Q. A. Z (120741421230)
Arum Patria Sari (120741421220)
Desiska Arysanti (120741421228)
M. Khoiruddin Alkaf (120741421215)
Nurul M. J (120741421180)
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU
SOSIAL
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Oktober 2013
A. PENGANTAR
Kebudayaan
merupakan suatu hal yang berasal dari luar diri manusia, dengan kata lain
budaya atau kebudayaan adalah segala hal yang bukan bawaan sejak manusia di
lahirkan dan dimiliki manusia setelah lahir. Kebudayaan dipelajari dengan
pembiasaan terhadap suatu budaya yang ada dilingkungan tempat manusia tinggal. Berdasarkan
perkembangan evolusinya antara kebudayaan dengan manusia didalamnya banyak
dihasilkan temuan-temuan yang mengandung nilai-nilai cipta rasa, karya dan
karsa seperti kerajinan, karya seni, dan tradisi.
Kerajinan
adalah hal yang berkaitan dengan buah tangan atau kegiatan yang berkaitan
dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan).
Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini
menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini
diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang. Salah satu
contoh kerajinan tangan yang mengandung unsur seni adalah pembuatan Bangkiak
(Kelompen).
Bakiak sebutan
di Jawa Tengah untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang
ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku dikedua sisinya.
Sebutan di Jawa Timur dikenal dengan Bangkiak
dan sangat populer karena murah terutama dimasa
ekonomi susah karena hanya dengan bahan kayu dan ban bekas dapat membuat bakiak
yang tahan air serta suhu panas dan dingin. Diperkirakan bakiak diinspirasi
oleh Jepang yang sudah memakai telapak kayu untuk Geisha-geisha (geta).
Bangkiak awalnya dikenal
sebagai sandal kayu yang banyak digunakan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Sandal bangkiak sendiri sampai sekarang masih sering terlihat digunakan di
masjid-masjid sebagai alas kaki dari tempat wudlu ke tempat sholat. Berkat
tangan-tangan kreatif masyarakat daerah Singosari Kota Malang dan cita rasa
yang tinggi terhadap seni, sandal kayu bakiak tersebut disulap menjadi Bangkiak/Kelompen
yang cantik dan lebih menarik. Kata “Kelompen” berasal dari Bahasa Belanda
yang artinya sandal kayu.
B. METODE PENELITIAN
Metode
penelitian berhubungan erat dengan prosedur, teknik, alat, serta
desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok
dengan pendekatan
penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang
digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang
ditetapkan. Penelitian mengenai Kerajinan Bangkiak ini dalam pelaksanaannya meliputi
atau termasuk kedalam beberapa metode penelitian diantaranya yakni, penelitian secara
Kualitatif, dan Studi Kasus.
Penelitian
kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.
Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan
dan mengungkap (to describe and explore) yang kedua, menggambarkan dan
menjelaskan (to describe and explain). Kebanyakan penelitian kualitatif
bersifat deskriptif dan eksplanatori. Metode kualitatif secara garis besar
dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif dan non interaktif. Metode
kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik
pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Penelitian
noninteraktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian analitis,
mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Peneliti menghimpun,
mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data, untuk kemudian
memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa yang secara
langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.
Studi
kasus (case study) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu
“kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau
sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi
kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil
makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.
Erat kaitannya
suatu metode penelitian dengan prosedur penelitian. Prosedur penelitian
mengenai Kerajinan Bangkiak ini dengan beberapa tahap menurut Suharsimi
Arikunto (2006: 16), secara garis besar ada empat tahapan dalam penelitian,
yakni : (1) perencanaan (planning); (2) pengamatan (observing);
(3) tindakan (acting); (4) pengajian.
Pelaksanaan penelitian
dalam siklus digambarkan seperti bagan berikut.
Model Penelitian
Subjek
penelitian adalah pembuat Kerajinan Bangkiak Singosari, Malang, tepatnya daerah
Sumberawan, Candirenggo, Singosari. Teknik pengumpulan data/informasi dalam
penelitian ini dengan observasi dan wawancara. Pelaksanaan observasi dilakukan pada hari selasa tanggal 24
September 2013, dengan memusatkan pengamatan pada tempat pembuatan, dan proses
pembuatannya. Selain itu juga mengamati lingkungan sekitar tempat pembuatan
Kerajinan Bangkiak tersebut beserta keadaan sosial masyarakatnya, tujuan
observasi ini untuk menghindari kerancuan atau kesalahan informasi yang didapat
dilapangan dengan kenyataan yang ada.
Observasi
kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 1 Oktober 2013, pada observasi
kedua penelitian langsung terjun kelapangan atau pada tahap tindakan, dengan
melakukan wawancara langsung kepada pengrajin Bangkiak. Tahap wawancara ini
meliputi pertanyaan-pertanyaan yang umum dengan poin-poin khusu didalamnya
mengenai identitas diri pengrajin, latar belakang, cara kerja, serta harapan
untuk kedepannya untuk Kerajianan Bangkiak Singosari Malang. Wawancara
dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat tulis dan Handphone untuk merekam
percakapan dan penjelasan-penjelasan yang diberikan pengrajin mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan, serta untuk mengambil beberapa foto
untuk dokumentasi.
C. TEMUAN PENELITIAN
Kerajinan
Bangkiak/kelompen merupakan kerajinan terapan yang
banyak diproduksi sebagai industri rumah tangga (home industry).
Sentra produksi kerajinan Bangkiak
di Kota Malang terdapat di Kecamatan Singosari, Kelurahan Candirenggo, Desa
Sumberawan.
Masa
sekarang ini sudah sangat jarang ditemukan bangkiak dengan model biasa dari kayu
yang diberi serampatan atu slop dari ban bekas. Bukan karena tidak ada yang
memproduksi lagi untuk membuatnya, namun sudah berinovasi mengikuti
perkembangan jaman. Salah satu pengrajin bangkiak Singosari yang berinovasi
adalah Bapak Darto (42), beliau asli dari Singosari Malang, lahir pada 22
Oktober 1971, pendidikan Bapak Darto sampai dengan SLTP.
Latar
belakang Bapak Darto menekuni kerajinan membuat bangkiak adalah untuk
melestarikannya, bangkiak adalah kerajinan turun-temurun dari keluarga serta merupakan
ikon dari daerah singosari tersebut. Bapak Darto mulai menekuni kerajinan
bangkiak sejak tahun 2005 sekitar 8 tahun yang lalu, beliau mulai belajar
membuat bangkiak dengan ikut orang, karena dahulu setiap orang yang ingin membuat
bangkiak belajar dengan ikut orang, hal ini terjadi karena tidak semua orang
dapat membuat bangkiak. Bapak Darto selama belajar beliau mengikuti tetangga,
paman serta orang tuanya sendiri, setelah mahir dan merasa yakin beliau membuka
usaha sendiri.
Bapak
Darto memutuskan menekuni kerajinan bangkiak berawal karena orang tua beliau
dahulunya adalah pengusaha kerajinan bangkiak dan dari orang tualah beliau
sampai sekarang masih bisa bertahan untuk pemproduksi kerajinan bangkiak.
Selain itu Bapak Darto ingin melestarikan kerajinan bangkiak yang merupakan
ciri khas Singosari. Sekarang di daerah singosari hanya sedikit orang yang
masih memproduksi kerajinan bangkiak kebanyakan dari mereka yang bekerja
sebagai pengrajin bangkiak mengalami gulung tikar, karena tantangan jaman atau
globalisasi yang merubah mode masyarakat sekarang. Selain hal tersebut dalam
berwira usaha juga membutuhkan modal yang besar, belum lagi ketika mengalami
kerugian. Bapak Darto misalnya, beliau dalam memproduksi Kerajinan
Bangkiak pernah mangalami kerugian
sekitar 40 juta dan 70 juta. Memperkenalkan dan mempertahankan kerajinan juga
membutuhkan usaha dan keuletan diri yang tinggi. Berwira usaha yang menyangkut
dengan kerajinan harus dulakukan dengan hati dan pengetahuan yang luas, dapat
membaca keadaan sosial dan perekonomian masyarakat serta minat masyarakat
terhadap suatu produk.
Kerajinan
Bangkiak memiliki makna tersendiri bagi pengrajin-pengrajinnya bahkan sangat bermakna,
dari membuat bangkiak dapat menghidupi masing-masing serta bisa menjadikan
lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan. Selagi berenang minum air
adalah inti yang dapat diberikan kepada para pengrajin bangkiak karena selain
menjadi lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan sekaligus juga jalan
melestarikan kerajinan bangkiak, karena banyak gulung tikar, sudah tidak
produksi atau membuat bangkiak adalah pekerjaan sampingan dan ada juga yang
pindah pembuatan atau membuat dengan mengikuti musimnya. Maksud mengikuti
musimnya adalah tidak lagi membuat bangkiak, namun berpindah membuat sesuatu
yang sedang banyak peminatnya, misalnya adalah pembuatan sandal dari karet,
sepatu dari karet, ada juga yang hanya membuat alas untuk dalamnya sepatu.
Pembuatan
kerajinan bangkiak dalam prosesnya memiliki kelebihan dibandingkan dengan alas
kaki yang lainnya, yakni terdapat seni didalam proses pembuatannya. Tidak
sembarang orang bisa dan mampu membuat sebuah bangkiak, tanpa memiliki
keterampilan dan kerajinan. Proses membuat bangkiak tidak sembarangan seperti
kelihatannya sebuah bangkiak yang dinilai hanya sebagai alas kaki yang terbuat
dari kayu. Selain itu dalam membuat bangkiak tidak menggunakan mesin-mesin
seperti membuat sandal atau pembuatan barang-barang lainnya yang dapat
diproduksi dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Proses pembuatan bangkiak
seluruhnya menggunakan tangan sehingga dibutuhkan keterampilan dan kerajinan
untuk memberikan nilai seni pada hasil pembuatannya.
Membuat
bangkiak dahulu merupakan mata pencaharian utama masyarakat daerah Candirenggo
Sumberawan Singosari, salah satunya adalah Bapak Darto. Bahkan hingga saat ini
pula beliau yang masih bertahan dengan Kerajinan Bangkiak tetap menjadikannya
pencaharian utama. Menurut beliau usaha kerajinan bangkiak sudah cukup untuk
menghidupi keluarganya, juga cukup untuk menyekolahkan anak-anaknya untuk
kedepannya. Tidak dipungkiri pula usaha kerajinan bangkiak sudah cukup
menjadikan Bapak Darto sibuk untuk memenuhi pesanan-pesanan yang datang dari
luar daerah sendiri, diantaranya adalah Bali, Yogyakarta, Bandung, dan juga
Surabaya. Pemesan dari Bali adalah toko oleh-oleh Krisna dan merupakan pemesan
tetap, sedang dari Yogyakarta kebanyakan dari Malioboro, dan Bantul.
Bahan
baku bangkiak Singosari adalah kayu Mohoni, kisampang, dan albasiah, namun
kebanyakan pengrajin bangkiak di daerah Singosari menggunakan kayu mahoni.
untuk mendapatkannya harus memesan dahulu, biasanya memesan di desa lain, atau
dari luar daerah Singosari. Bahan lainnya seperti cat, kain batik dan lainnya dapat
dibeli di pasar. Pemesanan kayu merupakan kendala utama dalam pembuatan
bangkiak karena sulit untuk mendapatkan bahan baku tersebut, selain itu kendala
lainnya pada masa sekarang adalah mencari karyawan. Keterbatasan mencari karyawan
menjadi kendala dalam memproduksi bangkiak untuk memenuhi pesanan-pesanan.
Permasalahan mengenai karyawan tidak semua orang mau dan bisa, kadang ada yang berminat
dan ingin tetapi tidak bisa dalam hal seninya atau kreatifitasnya itu kurang, disisi
lain ada yang memiliki ketrampilan dan kreatifitas seni namun tidak berminat.
Bangkiak
yang kita ketahui secara umum berbentuk alas kaki biasa yang dihaluskan kemudian
di pasang slop dari ban bekas yang dipaku pada kedua sisinya. Kemudian bangkiak
berkembang dengan model dicat motif bunga-bunga, tidak sekedar itu ada yang
diwarna seluruhnya kemudian dicat dengan motif-motif tertentu. Sangat banyak
kerajinan bangkiak yang penuh kreasi namun, setelah perkembangan jaman bangkiak
sudah jarang peminatnya. Bagi para pengrajin bangkiak hal tersebut merupakan
tantangan untuk tetap bisa mempertahankan dan memunculkan kreasi-kreasi baru
agar posisi bangkiak tidak pernah kalah dengan mode yang sedang banyak diminati
pembeli.
Bapak
Darto adalah salah satu pengrajin bangkiak yang berusaha mempertahankan
bangkiak dengan memunculkan inovasi-inovasi baru untuk dikembangkan. Ditangan
Bapak Darto, bangkiak Singosari muncul dengan inovasi adaya ukiran dan lukisan
pada alas kaki, selain itu jika dahulu tidak ada hak, sekarang berkembang
dengan adanya hak yang berukuran sekitar 3 cm sampai 5 cm. Kemudian jika model
dahulu bangkiak menggunakan slop dari ban bekas, sekarang bangkiak tidak lagi
menggunakan ban bekas, namun menggunakan bahan seperti gabus kain yang kuat dan
ditempel dengan kain batik. Selain itu tidak hanya slop namun juga berbentuk
jepit yang sama-sama terbuat dari gabus kain yang kuat kemudian di tempel
dengan kain batik.
Inovasi
Bapak Darto pada saat itu mendapat tanggapan positiv dari pembeli, mereka
menyukainya, dengan kreasi dan inovasi baru bangkiak terlihat tidak monoton
dengan bentuk yang biasa-biasa saja. Bahkan Bali, Surabaya, dan Yogya pun
menambah pemesanan mereka, serta mereka juga berharap muncul inovasi baru lagi.
Proses
pembuatan kerajinan bangkiak meliputi beberapa tahap yakni:
1.
Pemotongan
kayu yang sudah dipesan dari ukuran panjang sekitar 1,5 meter dan diameter
kurang lebih 25 sampai 30 cm, dipotong atau dibelah dengan ukuran 10 cm. Proses
pemotongan menggunakan gergaji mesin yang berukuran besar.
2.
Potongan-potongan
kayu tersebut dibentuk sesuai dengan model atau pola yang sudah dibuat serta
disesuaikan dengan ukuran kaki. Membentuk sesuai pola menggunakan golok dan
sugu.
3.
Setelah
terbentuk pola, bangkiak atau biasa disebut kelompen setengah jadi tersebut dikeringkan
dengan cara dioven. Pengovenan ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang
terdapat didalam kayu, supaya bangkiak yang sudah jadi nantinya tidak berat
ketika dipakai. Setelah dioven kelompen akan berwarna kecoklat-coklatan dan semakin
kuat.
4.
Setelah
pengovenan selesai bangkiak diampelas untuk menghaluskan permukaan kelompen.
5.
Kelompen
yang sudah halus lalu di-sanding atau penyemprotan dengan hardener yang
berfungsi untuk menutupi pori-pori pada permukaan kayu. Setelah itu pemasangan
karet alas dengan lem khusus pada permukaan bawah bangkiak supaya ketika
digunakan untuk berjalan tidak terlalu berbunyi, namun sebelum pengeleman diberi
lubang dengan bor untuk pemasangan jepit.
6.
Tahap
selanjutnya adalah proses pengukiran dan pelukisan. Proses pengukiran
seluruhnya dilakukan dengan tangan dan harus penuh ketelitian dan konsentrasi
yang baik supaya dihasilkan bentuk yang bagus, dan dapat tertuangkan nilai seni
kedalam ukiran tersebut. Proses pelukisanpun tidak jauh beda, harus penuh
dengan ketelitian dan konsentrasi yang baik, agar hasil dari lukisan tersebut
mengandung makna seni yang dapat menarik pembeli karena keindahannya.
7.
Setelah
proses pelukisan dan pengukiran, maka masuk kepada tahap pemasangan slop dan
jepit. Pada pemasangan slop atau jepit digunakan paku khusus supaya terlihat
sebagai aksesoris.
8.
Selanjutnya
adalah tahap finishing, yakni penempelah label harga dan pengepakan kedalam
plastik-plastik kemudian dimasukkan kedalam kardus untuk dikirim kepada
pemesan.
Kerajinan
Bangkiak Singosari sudah terkenal tidak hanya cakupan nasional tetapi juga
internasional. Kerajinan Bangkiak Singosari
pernah di ekspor ke wilayah Autralia, dan juga Italia. Mirisnya kerajinan
bangkiak singosari tidak mendapat respon yang baik bagi masyarakat lokal
sendiri. Bapak Darto sebagai pengrajin Bangkiak Singosari pernah mencoba untuk
diperjual belikan di pasar daerah sendiri namun tidak laku-laku.
Menghindari tidak lakunya bangkiak
didaerah sendiri, Bapak Darto membuat bangkiak ketika ada pesanan, namun
pesanan tersebut tidak tanggung-tanggung banyaknya. Salah satunya adalah
pemesan tetap Bapak Darto sejak 3 tahun yang lalu yakni Toko Oleh-oleh Krisna
Bali, yang memesan 500 sampai seribu pasang dalam jangka waktu beberapa minggu.
Sehari saja Bapak Darto dapat memproduksi minimal kurang lebih sebanyak 100
pasang. Beliau dibantu dengan 12 karyawannya yang merupakan tetangganya. Proses
pembuatan dari pemotongan kayu sampai menjadi kelompen yang sudah dioven dan
dihaluskan berada dirumah produksi Bapak Darto. Setelah proses tersebut
kelompen tersebut dikerjakan dirumah masing-masing karyawan, mulai dari pengukiran, pelukisan dan pemasangan slop atau jepitnya. Setelah
selesai lalu Bapak Darto pemilik produksi tersebut mengambilnya dari rumah
karyawan satu ke rumah karyawan yang lainnya.
Pemesan dari Australia berawal dari ketika Bapak Darto
mengirim pesanan ke Bali, kemudian dari pihak Bali diperkenalkan kepada Bapak
Darto, dan pihak Australia memesan sekitar 1000 pasang hanya dalam jangka waktu
beberapa minggu, karena merasa sedikit keberatan beliau menawarkan kepada
tetangga-tetangganya yang juga pengrajin Bangkiak, namun nihil dan akhirnya
Bapak Darto mengerjakan sendiri dengan dibantu karyawannya.
Sama halnya dengan pemesan dari
Australia, dari Italia memesan sebanyak 2000 pasang namun desain dan modelnya
ditentukan dari Italia sendiri. Italia menghendaki desain dengan model batik
tulis asli menggunakan malam dan dalam jangka waktu 2 bulan sudah harus
dikirim. Proses pembuatan bangkiak sesuai dengan permintaan pihak Italia banyak
memakan waktu pada proses pembatikan, karena batik tulis harus dilakukan dengan
ketelitian dan konsentrasi yang baik. Selain hal tersebut mahalnya bahan baku
batik saat itu juga menjadi kendala untuk menyelesaikan pesanan dari Italia.
Setelah memenuhi pesanan dari Italia, Bapak Darto meminta supaya diperbolehkan
menggunakan desain Bangkiak Batik Tulis dari Italia, untuk dikembangkan dan
diproduksi di Indonesia, namun dari pihak Italia tidak memperbolehkannya,
sehingga Bapak Darto kembali menekuni Kerajinan Bangkiak ukir dan lukisnya.
Pembuatan
Kerajinan Bangkiak Singosari masih bertahan hingga saat ini karena masih
terdapat peminatnya. Meskipun tidak sebanyak tahun-tahun sebelum mulai
bermunculan model-model sandal yang lebih modern, juga sandal-sandal terbuat
dari karet yang lebih simpel dan modelnya yang bermacam-macam. Bapak Darto
sebagai pengrajin Bangkiak Singosari akan terus berusaha mempertahankannya meskipun
sudah mulai berkurang peminatnya. Beliau juga terus menciptakan inovasi-inovasi
untuk mengembangkan Kerajinan Bangkiak Singosari, supaya lebih dikenal lagi
oleh masyarakat sendiri dan peminatnya tidak hanya dari daerah luar.
Inovasi
yang ingin direalisasikan oleh Bapak Darto untuk memperkaya kerajinan bangkiak singosari yakni membuat
Bangkiak Batik. Seperti pesanan dari Italia, namun Bapak Darto mengembangkannya
dengan desain dan model sendiri. Bukan memplagiat desain dari Italia, namun
sebelum Italia memesan Kepada Bapak Darto Bangkiak Batik, beliau sudah memiliki
rencana tersebut untuk dikembangkan dan sebagai temuan baru untuk menghadapi
perkembangan model-model sandal modern, namun beliau belum memiliki kesempatan
untuk merealisasikan. Sekarang kelompen dengan model modern banyak ditemukan
dalam bentuk ”wedges” yang sangat banyak peminatnya. Wedges dikembangkan
dari kelompen/bangkiak dengan hak tinggi yang rata dengan bermacam-macam model.
Bapak
Darto selaku pengrajin bangkiak berharap untuk kedepannya lebih banyak lagi
peminat Kerajinan Bangkiak Singosari, beliau juga memiliki harapan kelak anak-anaknya
supaya meneruskan Kerajinan Bangkiak
Singosari, supaya Kerajinan Bangkiak Singosari tidak punah dan terus berkembang
dengan inovasi-inovasi yang baru untuk menghadapi tantangan jaman dan juga
untuk menyambut akan adanya sistem pasar bebas pada tahun 2015 yang akan datang.
DAFTAR
PUSTAKA
Setiadi, E.M. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
Kencana.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dharma, S. 2008. Pendekatan, Jenis, Dan Metode Penelitian
Pendidikan . Jakarta: Yrama Widya
Anonim. 2013. Kerajinan, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajinan), diakses 14 Oktober 2013.
Anonim. 2011. Sandal Kayu Malang, (Online), (http://malang.olx.co.id/sandal-kayu-iid-165485664), diakses 14 Oktober 2013.
alamat lengkap lokasinya ada mbak?
BalasHapusKecamatan Singosari, Kelurahan Candirenggo, Desa Sumberawan. untuk rt dan rw nya maaf saya kurang tahu :D
Hapus