BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berbagai
kebutuhan hidup yang tidak terbatas dan kemampuan yang terbataslah yang
mendorong manusia untuk berhubungan dengan manusia lainnya. Hal ini diperkuat
dengan pendapat, bahwa manusia merupakan mahluk social. Sejalan dengan tingkat
kematangan (keinginan dan kemampuannya), hubungan tersebut terus bergerak
dinamis dimuali dari tingkat yang sederhana, hingga tingkat hubungan yang
modern. Sebuah organisasi adalah pola hubungan banyak yang saling terjalin
secara simultan yang menjadi jalan bagi orang, dengan pengarahan dari
manajer, untuk mencapai sasaran bersama.
Pengorganisasian adalah merupakan
fungsi kedua dalam Manajemen. Organisasi identik dengan sekelompok Individu
yang terstruktur dan sistematis yang berada dalam sebuah sistem.
pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.
Dengan hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengorganisasian
merupakan fungsi manajemen yang juga mempunyai peranan penting seperti halnya
fungsi perecanaan. Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang di
miliki oleh organisasi (manusia dan bukan manusia) akan diatur penggunanya
secara efektif dan efesien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Organisasi sering di jumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Sehingga organisasi merupakan suatu hal yang penting
yang harus di pelajari dengan baik. Contohnya jika kita bekerja pada sebuah
perusahaan, kita kan melakukan suatu organisasi. Oleh sebab itu kita harus
mengetahui apa yang dimaksud dari organisasi, fungsinya dan apa manfaatnya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa
definisi dari Pengorganisasian dan Organisasi?
2.
Apa
saja Unsur-unsur Pengorganisasian?
3.
Teori-teori
Organisasi!
4.
Apa
saja Asas-asas atau Prinsip-prinsip Organisasi?
5.
Bagaimana
Bentuk-bentuk Organisasi?
6.
Struktur
Organisasi!
7.
Bagaimana
Pola-pola Pengorganisasian?
8.
Bagaimana
Proses atau Langkah-langkah Pengorganisasian?
9.
Perilaku
Organisasi!
10.
Apa
saja Fungsi-fungsi Pengorganisasian?
11.
Apa
Tujuan dari Pengorganisasian?
12. Apa Manfaat Pengorganisasian?
1.3 Tujuan
Dari
rumusan masalah diatas dapat di ambil tujuan yaitu, untuk mengetahui
bagian-bagian dalam Pengorganisasian atau sub-sub bab dalam Pengorganisasian (definisi,
unsur, teori, asas atau prinsip, bentuk, sruktur, pola, langkah atau proses,
perilaku, fungsi, tujuan, dan manfaat) yang sangat berpengaruh dalam
Pengorganisasian.
1.4 Batasan
Masalah
Hal
yang dibahas dalam makalah ini hanya bagian-bagian atau sub bab yang terdapat
dalam Pengorganisasian (definisi, unsur, teori, asas atau prinsip, bentuk,
sruktur, pola, langkah atau proses, perilaku, fungsi, tujuan, dan manfaat).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Organisasi dan
Pengorganisasian
Secara
konseptual ada dua batasan yang perlu dikemukakan, yakni istilah “organization”
sebagai kata benda dan “organizing” (pengorganisasian) sebagai kata kerja,
menunjukkan pada rangkaian aktivitas yang harus dilakukan secara sistematis.
Istilah
organisasi memiliki dua arti umum, pertama, mengacu pada suatu lembaga
(institution) atau kelompok fungsional, sebagai contoh kita mengacu pada
perusahaan, badan pemerintah, rumah sakit, atau suatu perkumpulan olahraga.
Arti kedua mengacu pada proses pengorganisasian, sebagai salah satu dari fungsi
manajemen.
Menurut
Drs. M. Manullang Organisasi dalam
arti dinamis disebut pengorganisasian, dan dalam arti statis
disebut organisasi.
2.1.1 Pengertian Organisasi
2.1.1.1 Pengertian Menurut Ahli
a. Menurut
Stoner: Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
b. Menurut James D. Mooney: Organisasi adalah
bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
c. Menurut Chester I. Bernard: Organisasi
merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau
lebih.
d. Menurut Prof. Dr. Sondang P.
Siagian: Organisasi adalah suatu bentuk persekutuan
antara dua orang atau lebih yang bekerja bersama serta secara formal terikat
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dan dalam ikatan itu
terdapat seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan.
e. Menurut Prof. Dr. Mr. S.
Pradjudi Atmosudiro: Organisasi adalah struktur
tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok
orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk
bersamasama mencapai suatu tujuan tertentu.
2.1.1.2
Pengertian Organisasi Secara Umum
Organisasi merupakan sekumpulan/sekelompok
orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan untuk bekerjasama dengan
pembagian atau alokasi tugas dan tanggung jawab tertentu dalam system
koordinasi, kooperatif, dorongan-dorongan, dan pengaturan guna memudahkan
pencapaian beberapa tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.2
Pengertian Pengorganisasian
2.1.2.1 Pengertian Menurut Ahli
a. Menurut G. R Terry: pengorganisasian
berasal dari kata organism (organisme) yang merupakan sebuah eititas dengan
bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan mereka satu
sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan.
b. Menurut Siagian (1983): Pengorganisasianadalah
keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas, tugas,kewenangan dan
tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatuorganisasi yang dapat
digerakkan sebagai suatu kegiatan kesatuan yang telah ditetapkan.
c. Drs.H. Malayu S. P. Hasibuan: adalah
suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktifitas
yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang - orang pada setiap
aktifitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang
secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktifitas-aktifitas tersebut.
d. T. Hani handoko: sesuatu yang digambarkan
sebagai sesuatu yang tersentralisasi dan berisi tugas-tugas yang sangat
terspesialisasikan.
e. Kamus lengkap bahasa indonesia:
Pengorganisasian adalah merupakan kegiatan merancang dan merumuskan struktur.
2.1.2.2
Pengertian Pengorganisasi Secara Umum
Pengorganisasian adalah langkah untuk merancang
struktur formal, menetapkan, menggolongkan dan mengatur bebagai macam kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan
kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan efisien.
2.2
Unsur-unsur Pengorganisasian
Secara sederhana organisasi memiliki
tiga unsur, yaitu ada orang, ada kerjasama, dan ada tujuan bersama. Tiga unsur
organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling kait atau
saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh. Adapun
unsur-unsur organisasi secara terperinci adalah:
a.
Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi atau ketata lembagaan
sering disebut dengan istilah pegawai atau personnel. Pegawai atau personnel
terdiri dari semua anggota atau warga organisasi, yang menurut fungsi dan
tingkatannya terdiri dari unsur pimpinan (administrator) sebagai unsur pimpinan
tertinggi dalam organisasi, para manajer yang memimpin suatu unit satuan kerja
sesuai dengan fungsinya masing-masing dan para pekerja (non
management/workers). Semua itu secara bersama-sama merupakan kekuatan manusiawi
(man power) organisasi.
b.
Kerjasama, merupakan
suatu perbuatan bantu-membantu akan suatu perbuatan yang dilakukan secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh karena itu, semua anggota atau
semua warga yang menurut tingkatan-tingkatannya dibedakan menjadi
administrator, manajer, dan pekerja (workers), secara bersama-sama merupakan
kekuatan manusiawi (man power) organisasi.
c.
Tujuan, merupakan arah
atau sasaran yang dicapai. Tujuan menggambarkan tentang apa yang akan dicapai
atau yang diharapkan. Tujuan merupakan titik akhir tentang apa yang harus
dikerjakan. Tujuan juga menggambarkan tentang apa yang harus dicapai melalui
prosedur, program, pola (network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran
(budgeting), dan peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
d.
Peralatan (Equipment),
merupakan Unsur yang keempat yaitu peralatan atau equipment yang terdiri dari
semua sarana, berupa materi, mesin-mesin, uang, dan barang modal lainnya
(tanah, gedung/bangunan/kantor).
e.
Lingkungan
(Environment), Faktor lingkungan misalnya keadaan sosial, budaya, ekonomi, dan
teknologi. Yang termasuk dalam unsur lingkunga:
1.
Kondisi atau situasi,
yang secara langsung maupun secara tidak langsung berpengaruh terhadap daya
gerak kehidupan organisasi, karena kondisi atau situasi akan selalu mengalami
perubahan.
2. Tempat atau lokasi, sangat erat hubungannya dengan masalah komunikasi dan
transportasi yang harus dilakukan oleh organisasi.
3.
Wilayah operasi yang
dijadikan sasaran kegiatan organisasi. Wilayah operasi dibedakan menjadi :
a.
Wilayah kegiatan, yang
menyangkut jenis kegiatan atau macam kegiatan apa saja yang boleh dilakukan
sesuai dengan tujuan organisasi.
b.
Wilayah jangkauan, atau
wilayah geografis atau wilayah teritorial, menyangkut wilayah atau daerah
operasi organisasi.
c.
Wilayah personil,
menyangkut semua pihak (orang-orang, badan-badan) yang mempunyai hubungan dan
kepentingan dengan organisasi.
d. Wilayah kewenangan atau kekuasaan, menyangkut semua urusan, persoalan,
kewajiban, tugas, tanggung jawab dan kebijaksanaan yang harus dilakukan dalam
batas-batas tertentu yang tidak boleh dilampaui sesuai dengan aturan main yang
telah ditetapkan dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
f.
Kekayaan Alam, Yang
termasuk dalam kekayaan alam ini misalnya keadaan iklim, udara, air, cuaca
(geografi, hidrografi, geologi, klimatologi), flora dan fauna.
2.3 Teori-teori Organisasi
Teori organisasi
adalah suatu konsepsi, pandangan, tinjauan, ajaran, pendapat atau pendekatan
tentang pemecahan masalah organisasi sehingga dapat lebih berhasil bahkan pada
gilirannya organisasi dapat mencapai sasaran yang ditetapkan, adapun yang
dimaksud masalah itu sendiri adalah segala sesuatu yang memerlukan pemecahan
dan pengambilan keputusan.
Para ilmuan sejak
lama menyadari bahwa adanya teori-teori dari berbagai disiplin ilmu yang
berbeda memunculkan pertanyaan, perbedaan pandangan suatu masalah, dan isu
organisasi. Walaupun demikian, fenomena ini justru membantu para ilmuan untuk
memberikan sejumlah jawaban terhadap 1 (satu) persoalan yang sama. Dengan
berpegang kepada sejumlah teori dan konsep, kita dapat menghadirkan berbagai
pandangan (perspectives) untuk mengkaji isu, masalah, dan pertanyaan yang sama
tentang organisasi (Champoux, 2003).
Masalah yang
dihadapi oleh organisasi sangat kompleks dari setiap masalah organisasi yang
sangat kompleks itu memunculkan berbagai kajian untuk lebih memahami
efektifitas organisasi. Dari usaha intelektual itu kemudian berkembanglah
berbagai teori organisasi dengan berbagai kaidah dan rumusnya.
Ada 9 macam teori
organisasi yaitu teori organisasi klasik, teori organisasi birokrasi, teori
organisasi human relations, teori organisasi perilaku, teori proses, teori
organisasi kepemimpinan, teori organisasi fungsi, teori organisasi pembuatan
keputusan dan teori organisasi kontingensi. Namun, Perkembangan teori-teori
organisasi yang dilihat dan dikaji sejak tahun-tahun pertama abad kedua puluh secara
garis besar dapat diikhtisarkan menjadi 4 (empat) kelompok besar teori yakni
klasik, perilaku, system, dan kontingensi.
1.
Teori
Organisasi Klasik. Teori ini biasa disebut dengan
“teori tradisional” atau disebut juga “teori mesin”. Berkembang mulai 1800-an
(abad 19). Dalam teori ini organisasi digambarkan sebuah lembaga yang
tersentralisasi dan tugas-tugasnnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk
mekanistik structural yang kaku tidak mengandung kreatifitas. Terdapat 3
(tiga) kategori pokok pendekatan klasik yakni, scientific management,
administrative management, the bureaucratic model of organization (Beach, 1980:
133).
2.
Teori
Human Relations. Teori ini disebut juga teori neoklasik, teori hubungan
kemanusiaan, teori hubungan antara manusia, teori hubungan kerja kemanusiaaan
atau the human relations theory. Teori ini muncul akibat ketidak puasan dengan
teori klasik dan teori ini merupakan penyempurnaan teori klasik. Teori ini
menekankan pada “pentingnya aspek psikologis dan social karyawan sebagai individu
ataupun kelompok kerja”. Suatu hubungan dikatakan hubungan kemanusiaan apabila
hubungan tersebut sudah dapat memberikan kesadaran dan pengertian sehingga
pihak lain merasa puas.
3.
Teori
Organisasi Perilaku. Teori ini merupakan suatu teori yang memandang organisasi
dari segi perilaku anggota organisasi. Teori ini berpendapat bahwa baik atau
tidaknya, berhasil tidaknya organisasi mencapai sasaran yang telah ditetapkan
berasal dari para anggotanya.
4.
Teori
Birokrasi. Pada dasamya teori organisasi birokrasi menyatakan bahwa untuk
mencapai tujuan, organisasi harus menjalankan strategi sebagai berikut:
a.
Pembagian
dan penugasan pekerjaan secara khusus.
b.
Prinsip
hierarki atau bawahan hanya bertanggung jawab kepada atasannya langsung.
c.
Promosi
didasarkan pada masa kerja dan prestasi kerja, dan dilindungi dari
pemberhentian sewenang-wenang dan yang demikian disebut prinsip loyalitas.
d.
Setiap
pekerjaan dilaksanakan secara tidak memandang bulu, tidak membeda-bedakkan
status sosial, tidak pilih kasih. Strategi ini dinamakan prinsip impersonal.
e.
Tiap-tiap
tugas dan pekerjaan dalam organisasi dilaksanakan menurut suatu sistem tertentu
berdasarkan kepada data peraturan yang abstrak. Strategi ini dinamakan prinsip
uniformitas.
5.
Teori
Organisasi Proses. Teori ini merupakan suatu teori yang memandang organisasi
sebagai proses kerjasama antara kelompok orang yang tergabung dalam suatu
kelompok formal. Teori ini memandang organisasi dalam arti dinamis, selalu
bergerak dan didalamnya terdapat pembagian tugas dan prinsip-prinsip yang bersifat
umum (Universal).
6.
Teori
Organisasi Kepemimpinan. Teori ini beranggapan bahwa berhasil tidaknya
organisasi mencapai tujuan tergantung sampai seberapa jauh seorang pemimpin
mampu mempengaruhi para bawahan sehingga mereka mampu bekerja dengan semangat
yang tinggi dan tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien dan efektif,
adapun sedikitnya kajian atas teori organisasi yang berhubungan dengan masalah
kepemimpinan dapat dibedakan atas:
a.
Teori
Otokratis
b.
Teori
Demokrasi
c.
Teori
Kebebasan (Teory laissez fairre)
d.
Teori
Petnernalisme
e.
Teori
Personal atau Pribadi
f.
Teori
Non-Personal
7.
Teori
Organisai Fungsi. Fungsi adalah sekelompok tugas atau kegiatan yang harus
dijalankan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan sebagai pemimpin atau
manager guna mencapai tujuan organisasi. Sekelompok kegiatan yang menjadi
fungsi seorang pemimpin atau manager terdiri dari kegiatan menyusun perencanaan
(Planning), pengorganisasian (Organizing), pemberian motifasi atau bimbingan
(Motivating), pengawasan (Controlling), dan pengambilan keputusan (Decision
making).
8.
Teori
Pengambilan Keputusan. Teori ini berlandaskan pada adanya berbagai keputusan
yang dibuat oleh para pejabat disetiap tingkatan, baik keputusan di tingkat
puncak yang memuat ketentuan pokok atau kebijaksanaan umum, keputusan di
tingkat menengah yang memuat program-progam untuk melaksanakan keputusan
adminitratif, maupun keputusan di tingkat bawah.
9.
Teori
Kontingensi (Teori Kepentingan). Teori ini berlandaskan pada pemikiran bahwa
pengelolaan organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila pemimpin
organisasi mampu memperhatikan dan memecahkan situasi tertentu yang sedang
dihadapi dan setiap situasi harus dianalisis sendiri.
Dari semua teori
ini, tidak satu teori pun yang dianggap paling lengkap atau paling sempurna,
teori-teori itu satu sama lain saling mengisi dan saling melengkapi. Teori
dianggap baik dan tepat apabila mampu memperhatikan dan menyesuaikan dengan
lingkungan dan mampu memperhitungkan situasi-situasi tertentu.
2.4
Asas-asas atau Prinsip
Organisasi
2.4.1
Asas atau Prinsip Menurut Ahli
Menurut
Alford dan Russel:
a.
Situation Analysis (Analisis Situasi).
b.
Objectives (obyektif).
c.
Strategy (strategi).
d.
Tactics (taktik).
e.
Actions (aksi) .
f.
Control (pengawasan).
Menurut Louis A.
Allen
a.
Forecasting yaitu memperkirakan pekerjaan-pekerjaan
yang akan dilakukan pada saat yang akan datang yang akan dilakukan oleh
manajer. Kegiatan yang dilakukan oleh manajer ini atas dasar sistematisasi dan
kontinitas pekerjaan serta berdasarkan dimana ia bekerja.
b.
Establising objectives yaitu menentukan tujuan
akhir yang akan dicapai dari apa yang telah direncanakan keseluruhannya baik
tujuan tiap pekerjaan maupun tujuan globalnya.
c.
Programming yaitu dibuat suatu program yang
terdiri dari serangkaian tindakan kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu
berdasarkan pada prioritas pelaksanaan.
d.
Sceduling yaitu membuat jadwal pekerjaan
sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
e.
Budgeting yaitu penyusunan anggaran untuk
mengalikasikan sumber-sumber yang ada atas dasar efisiensi dan efektifitas, anggaran
belanja ini dinyatakan dalam bentuk uang.
f.
Developing prosedur yaitu menentukan cara yang tepat
dalam penyelenggaraan pekerjaan di dalam rangka adanya efisiensi, efektivitas
dan keseragaman pekerjaan.
g.
Establising dan interpreting policy yaitu
manajer harus dapat menafsirkan kebijakan yang akan diambil agar terjamin dalam
keselarasan dan keseragaman kegiatan serta tindakan yang akan dilakukan.
2.4.2
Asas atau Prinsip
Organisasi Secara Umum
a. Perumusan Tujuan. Tujuan organisasi
harus dirumuskan dengan jelas. Tujuan yang akan memandu setiap orang dalam
organisasi. Semakin jelas tujuan yang akan diraih maka semakin mudah pula
organisasi menentukan langkah yang tepat.
b. Departementasi. Penyusunan bagian-bagian yang akan menjalankan tugas-tugas
sesuai bidang tertentu. Dapat dilakukan dengan mengelompokkan tugas-tugas
sejenis.
c. Pembagian kerja. Setelah dilakukan departemetasi perlu pengisian aktifitas
kerja sesuai dengan bidangnya masing-masing Koordinasi. Koordinasi dimaksudkan
untuk mencapai keselarasan dalam organisasi
d. Kesatuan perintah. Masing-masing pejabat dalam hirarki yang berlaku hanya
bertanggungjawab kepada satu atasan tertentu dan hanya menerima perintah
darinya.
e. Fleksibilitas. Organisasi semestinya menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitarnya. Perubahan tersebut antara lain mencakup revisi tujuan, teknologi,
SDM yang spesialis.
f. Berkesinambungan. Organisasi setelah dibentuk diharapkan terus beroperasi
dan memenuhi kebutuhan stakeholders-nya.
g. Keseimbangan. Bagian atau satuan dalam organisasi yang memiliki peran yang
sama pentingnya harus ditempatkan pada level yang sama pula.
h. Koordinasi. Koordinasi dimaksudkan untuk mencapai keselarasan dalam
organisasi.
i.
Pelimpahan wewenang.
Pelimpahan kewenangan dari pejabat yang lebih tinggi ke pejabat yang lebih
rendah atau antar pejabat yang setara.
j.
Rentang kendali (span
of control). Merupakan jumlah bawahan yang dipimpin dengan baik oleh
seorang pemimpin di atasnya.
k.
Jenjang organisasi/hiraki. Menunjukkan adanya
tingkatan-tingkatan yang perlu dilewati dalam menentukan sebuah keputusan.
- Pemisahan fungsi lini dan staf. Fungsi
lini seharusnya dipisahkan dengan fungsi staff walaupun mereka memiliki
karakter yang mirip. Fungsi lini langsung terhubung dengan kegiatan
operasi sedangkan fungsi staf adalah pelengkap dari fungsi lini. Fungsi
ini harus dikoordinaiskan jika dibutuhkan tetapi secara normal harus
dipisahkan.
m.
Efisiensi. Struktur organisasi seharusnya mampu
untuk meningkatkan fungsi secara lebih efisien. Untuk itu, struktur harus
sesuai dengan nature, ukuran, aktifvitas, dll dari organisasi.
- Prinsip pengecualian. Eksekutif pada level
yang level lebih tinggi sibuk dengan hal-hal yang penting dan memiliki
batas waktu untuk mempelajari hal-hal administratif rutin. Masalah yang
sangat rumit dan luar biasa kompleks harus diselesaikan oleh top
management dan masalah rutin harus dihadapi oleh eksekutif yunior pada
tingkat yang lebih rendah. Lebih dari itu, waktu dari top management
ditabung. Mereka dapat mempergunakan waktu mereka untuk menghadapi masalah
yang lebih penting dan kompleks.
- Chain of command. Prinsip dari chain of
command adalah batas kewenangan dari kepala eksekutif kepada atasan level
pertama sudah didefinisikan dengan jelas. Batas kewenangan harus
didefinisikan dengan wajar untuk menghindari kebingungan.
p.
Simple/sederhana. Struktur organisasi harus
dibuat sederhana untuk pemahaman yang lebih jelas dari karyawan. Struktur juga
seharusnya lebih mudah untuk diatur. Komunikasi internal akan lebih mudah jika
struktur organisasi lebih sederhana. Struktur organisasi harus sesederhana
mungkin.
2.5
Bentuk-bentuk Organisasi
a. Bentuk Organisasi Garis (Henry Fayol (Paris))
Bentuk organisasi yang paling sederhana
dan paling tua, digunakan di kalangan militer dengan jumlah karyawan yang masih
sedikit dan saling kenal, dan spesialisasi kerja yang belum begitu tinggi.
Kelebihan:
· Kesatuan komando baik karena
pimpinan beradadi atas satu tangan.
· Proses pengambilan keputusan
berjalan dengan cepat.
· Solidaritas karyawan tinggi karena
saling kenal.
Kekurangan:
· Jika sang pemimpin tidak mampu maka
akan mudah jatuh
· Ada kecenderungan bertindak
otokratis (berkuasa sendiri secara mutlak)
· Kesempatan berkemang terbatas
b.
Bentuk Organisasi
Fungsional (F.W. Taylor.)
Bentuk
ini merupakan bentuk dimana sebagian atau segelintir pimpinan tidak mempunyai
bawahan yang jelas karena setiap pimpinan berwenang memberikan komando pada
bawahannya. Bentuk ini dikembangkan oleh FW Taylor.
Kelebihan:
·
Pembagian tugas-tugas jelas.
·
Spesialisasi karyawan dapat dikembangkan dan
digunakan semaksimal mungkin.
·
Digunakannya tenaga-tenaga ahli dalam berbagai
bidang sesuai dengan fungsinya.
Kekurangan:
·
Karena adanya spesialisasi kerja maka akan
sulit untuk mengadakan tour of duty.
·
Karyawan lebih mementingkan bidangnya sehingga
sukar untuk melaksanakan koordinasi.
c. Bentuk
organisasi Fungsional dan Garis
Bentuk organisasi dimana wewenang dari
pimpinan tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian dibawahnya yang mempunyai
keahlian tertentu serta sebagian dilimpahkan kepada pejabat fungsional yang
koordinasinya tetap diserahkan kepada kepala bagian.
d. Bentuk Organisasi Garis dan Staf (Harrington Emerson)
Biasanya digunakan oleh organisasi besar
dengan daerah kerja yang luas dengan bidang tugas yang beraneka ragam serta
rumit. Memiliki satu atau lebih tenaga staf tenaga ahli yang memberi saran atau
nasihat.
Kelebihan:
Kelebihan:
·
Dapat digunakan oleh tenaga organisasi sebesar
apapun dan sekompleks apa pun.
·
Keputusan yang matang dan sehat dapat diperoleh
karena adanya tenaga ahli.
·
Dapat mewujudkan “The right man in the right
place”.
Kekurangan:
·
Solidaritas sukar diwujudkan karena tidak
saling kenal
·
Koordinasi antara departemen atau divisi kadang sukar diterapkan karena
terlalu luasnya organisasi
e.
Bentuk Organisasi
Fungsional dan Staf
Merupakan
kombinasi organisasi fungsional dan staf, memiliki kekurangan dan kelebihan
seperti halnya organisasi staf dan fungsional.
f.
Bentuk Organisasi
Komite
Bentuk organisasi dimana
tugas kepemimpinan dan tugas tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh
sekelompok pejabat, yang berupa komite atau dewan atau board dengan pluralistic
manajement
g.
Bentuk Organisasi
Matrix
Organisasi dimana penggunaan
struktur organisasi menunjukkan dimana para spesialis yang mempunyai
keterampilan dimasing-masing bagian dari bagian perusahaan dikumpulkan lagi
menjadi satu untuk mengerjakan suatu proyek yang harus diselesaikan.
2.6 Struktur Organisasi
2.6.1
Definisi Struktur Organisasi
Struktur Organisasi adalah suatu
susunan komponen-komponen (unit kerja) dan hubungan antara tiap bagian secara
posisi yang ada pada perusahaaan dalam menjalin kegiatan operasional untuk
mencapai tujuan. Struktur organisasi menunjukkan bagaimana fungsi-fungsi
atau kegiatan, pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan (integrasi)
secara formal.
2.6.2
Elemen Struktur Organisasi
Ada enam elemen kunci yang perlu diperhatikan oleh para manajer ketika hendak
mendesain struktur, antara lain:
a. Spesialisasi pekerjaan. Sejauh mana
tugas-tugas dalam organisasi dibagi-bagi ke dalam
beberapa pekerjaan tersendiri.
- Departementalisasi. Dasar yang
dipakai untuk mengelompokkan pekerjaan secara bersama-sama.
Departementalisasi dapat berupa proses, produk, geografi, dan
pelanggan.
- Rantai komando. Garis wewenang
yang tanpa putus yang membentang dari puncak organisasi ke eselon
paling bawah dan menjelaskan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
- Rentang kendali. Jumlah bawahan
yang dapat diarahkan oleh seorang manajer secara efisien dan efektif.
- Sentralisasi dan
Desentralisasi. Sentralisasi mengacu pada sejauh mana tingkat pengambilan
keputusan terkonsentrasi pada satu titik di dalam organisasi.
Desentralisasi adalah lawan dari sentralisasi.
- Formalisasi. Sejauh mana
pekerjaan-pekerjaan di dalam organisasi dibakukan.
2.6.3
Desain Struktur Organisasi yang Umum
a. Struktur Sederhana
Struktur sederhana
adalah sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar departementalisasi yang
rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang terpusat pada seseorang saja,
dan sedikit formalisasi.Struktur sederhana paling banyak dipraktikkan dalam
usaha-usaha kecil di mana manajer dan pemilik
adalah orang yang satu dan sama.Kekuatan dari struktur ini adalah
kesederhanaannya yang tercermin dalam kecepatan, kefleksibelan, ketidakmahalan
dalam pengelolaan, dan kejelasan akuntabilitas.Satu kelemahan utamanya adalah
struktur ini sulit untuk dijalankan di mana pun selain di organisasi kecil karena
struktur sederhana menjadi tidak memadai tatkala sebuah organisasi berkembang
karena formalisasinya yang rendah dan sentralisasinya yang tinggi cenderung
menciptakan kelebihan beban (overload) di puncak.
b. Birokrasi
Birokrasi adalah sebuah
struktur dengan tugas-tugas operasi yang sangat
rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang sangat
formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai departemen fungsional,
wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit, dan pengambilan keputusan yang
mengikuti rantai komando.Kekuatan utama birokrasi ada kemampuannya menjalankan
kegiatan-kegiatan yang terstandar secara sangat efisien, sedangkan kelemahannya
adalah dengan spesialisasi yang diciptakan bisa menimbulkan konflik-konflik
subunit, karena tujuan-tujuan unit fungsional dapat mengalahkan tujuan
keseluruhan organisasi.Kelemahan besar lainnnya adalah ketika ada kasus yang
tidak sesuai sedikit saja dengan aturan, tidak ada ruang untuk modifikasi
karena birokrasi hanya efisien sepanjang karyawan menghadapi masalah yang
sebelumnya telah mereka hadapi dan sudah ada aturan keputusan terprogram yang
mapan.
c. Struktur matriks
Struktur matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis
wewenang ganda dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan
produk.Struktur matriks dapat ditemukan di agen-agen periklanan, perusahaan
pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan, perusahaan
konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah, universitas, perusahaan
konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan.
Pada hakikatnya, struktur matriks
menggabungkan dua bentuk departementalisasi: fungsional dan produk Kekuatan
departementalisasi fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan para
spesialis, yang meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan pengumpulan
dan pembagian sumber daya khusus untuk
keseluruhan produk. Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas
para spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat waktu
dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk, di lain pihak, memiliki
keuntungan dan kerugian yang berlawanan. Departementalisasi ini memudahkan
koordinasi di antara para spesialis untuk menyelesaikan tugas tepat waktu dan
memenuhi target anggaran.Lebih jauh, departementalisasi ini
memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang terkait dengan
sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan.Matriks
berupaya menarik kekuatan tersebut sembari menghindarkan kelemahan-kelemahan
mereka.
Karakteristik struktural paling nyata dari
matriks adalah bahwa ia mematahkan konsep kesatuan komando sehingga karyawan
dalam struktur matriks memiliki dua atasan manajer departemen
fungsional dan manajer produk.Karena itulah matriks memiliki rantai komando
ganda.
2.6.4
Desain Struktur Organisasi Modern
a. Struktur tim
Struktur tim adalah pemanfaatan tim sebagai perangkat
sentral untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan kerja. Karakteristik utama
struktur tim adalah bahwa struktr ini meniadakan kendala-kendala departemental
dan mendesentralisasi pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja. Struktur tim
juga mendorong karyawan untuk menjadi generalis sekaligus spesialis.
b. Organisasi virtual
Organisasi virtual adalah organisasi inti kecil yang menyubkontrakkan
fungsi-fungsi utama bisnis secara detail.
c. Organisasi Nirbatas
Organisasi nirbatas adalah sebuah
organisasi yang berusaha menghapuskan rantai komando, memiliki rentang kendali
tak terbatas, dan mengganti departemen dengan tim yang diberdayakan.
2.6.5
Model Desain Struktur Organisasi
a. Model mekanistis, yaitu sebuah struktur yang dicirikan oleh
departementalisasi yang luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang
terbatas, dan sentralisasi.
- Model organik, yaitu sebuah
struktur yang rata, menggunakan tim lintas hierarki dan lintas fungsi,
memiliki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi yang
komprehensif, dan mengandalkan pengambilan keputusan secara partisipatif.
- Model Piramid, model ini di
buat persis sebuah piramida.
- Model Horizontal, model ini
dibuat dengan manarik garis lurus secara horizontal dengan pembagian
funsional masing-masing bersama tugasnya masi-masing.
2.6.6
Faktor Penentu Struktur Organisasi
Sebagian organisasi terstruktur
pada garis yang lebih mekanistis sedangkan sebagian yang lain mengikuti
karakteristik organik. Berikut adalah faktor-faktor utama yang
diidentifikasi menjadi penyebab atau penentu struktur suatu organisasi:
a. Strategi
Struktur organisasi adalah salah satu
sarana yang digunakan manajemen untuk mencapai sasarannya. Karena sasaran
diturunkan dari strategi organisasi secara keseluruhan, logis kalau strategi
dan struktur harus terkait erat. tepatnya, struktur harus mengikuti strategi. Jika manajemen melakukan perubahan signifikan
dalam strategi organisasinya, struktur pun perlu dimodifikasi untuk menampung
dan mendukung perubahan ini. Sebagian besar kerangka strategi dewasa ini
terfokus pada tiga dimensi inovasi, minimalisasi biaya, dan imitasi dan pada
desain struktur yang berfungsi dengan baik untuk masing-masing dimensi.
Strategi inovasi adalah
strategi yang menekankan diperkenalkannya produk dan jasa baru yang menjadi
andalan. Strategi minimalisasi biaya adalah strategi yang menekankan
pengendalian biaya secara ketat, menghindari pengeluaran untuk inovasi dan pemasaran yang tidak
perlu, dan pemotongan harga. Strategi imitasi adalah
strategi yang mencoba masuk ke produk-produk atau pasar-pasar baru hanya
setelah viabilitas terbukti.
b. Ukuran organisasi
Terdapat banyak bukti yang mendukung ide
bahwa ukuran sebuah organisasi secara signifikan memengaruhi strukturnya.
Sebagai contoh, organisasi-organisasi besar yang mempekerjakan 2.000 orang atau
lebih cenderung memiliki banyak spesialisasi, departementalisasi, tingkatan
vertikal, serta aturan dan ketentuan daripada organisasi kecil. Namun, hubungan
itu tidak bersifat linier.
Alih-alih, ukuran memengaruhi struktur dengan kadar
yang semakin menurun. Dampak ukuran menjadi kurang penting saat organisasi
meluas.
c. Teknologi
Istilah teknologi mengacu pada
cara sebuah organisasi mengubah input menjadi output. Setiap organisasi paling
tidak memiliki satu teknologi untuk mengubah sumber daya finansial, SDM, dan
sumber daya fisik menjadi produk atau jasa.
d. Lingkungan
Lingkungan sebuah
organisasi terbentuk dari lembaga-lembaga atau kekuatan-kekuatan di luar
organisasi yang berpotensi memengaruhi kinerja organisasi. Kekuatan-kekuatan
ini biasanya meliputi pemasok, pelanggan, pesaing, badan peraturan pemerintah, kelompok-kelompok tekanan
publik, dan sebagainya.
Struktur organisasi dipengaruhi oleh
lingkungannya karena lingkungan selalu berubah. Beberapa organisasi menghadapi
lingkungan yang relatif statis -tak banyak kekuatan di lingkungan mereka yang
berubah. Misalnya, tidak muncul pesaing baru, tidak ada terobosan teknologi
baru oleh pesaing saat ini, atau tidak banyak aktivitas dari kelompok-kelompok
tekanan publik yang mungkin memengaruhi organisasi. Organisasi-organisasi lain
menghadapi lingkungan yang sangat dinamis -peraturan pemerintah cepat berubah
dan memengaruhi bisnis mereka,
pesaing baru, kesulitan dalam mendapatkan bahan baku, preferensi pelanggan yang
terus berubah terhadap produk, dan semacamnya. Secara signifikan, lingkungan
yang statis memberi lebih sedikit ketidakpastian bagi para manajer dibanding lingkungan yang dinamis.
Karena ketidakpastian adalah sebuah ancaman bagi keefektifan sebuah organisasi,
manajemen akan menocba
meminimalkannya. Salah satu cara untuk mengurangi ketidakpastian lingkungan
adalah melalui penyesuaian struktur organisasi.
2.7 Pola Organisasi
a. Organisasi Formal
Organisasi formal adalah kumpulan dari orang-orang yang
mengikatkan diri dengan suatu tujuan bersama secara sadar serta dengan hubungan
kerja yang rasional. Contoh : Perusahaan, sekolah dan negara
Bagian-bagian organisasi
formal :
1. Organisasi Lini
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang
terdapat perbedaan yang tegas antara pimpinan dan pelaksanaan. Peran pimpinan
dalam hal ini sangat dominan dimana semua kekuasaan di tangan pimpinan. Oleh
sebab itu dalam pelaksanaan kegiatan yang utama adalah wewenang dan perintah. Memang bentuk organisasi semacam ini, khususnya
didalam institusi-institusi yang kecil sangat efektif karena
keputusan-keputusan cepat diambil dan pelaksanaan keputusan juga cepat. Kelemahannya
jenis organisasi semacam ini kurang manusiawi, lebih-lebih para pelaksana tugas
bawahan hanya dipandang sebagai robot yang senantiasa siap melaksanakan
perintah.
2. Organisasi Staf
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah antara
pimpinan dan staf pelaksana. Peran staf bukan sekedar pelaksana perintah
pimpinan namun staf berperan sebagai pembantu pimpinan. Bentuk organisasi
semacam ini muncul karena makin kompleksnya masalah-masalah organisasi sehingga
pimpinan sudah tidak dapat lagi menyelesaikan semuanya dan memerlukan bantuan
orang lain (biasanya para ahli) yang dapat memberikan masukan
pemikiran-pemikiran terhadap masalah-masalah yang dihadapi. Meskipun organisasi ini lebih baik dari yang pertama
karena keputusan-keputusan dapat lebih baik namun kadang-kadang
keputusan-keputusan tersebut akan memakan waktu yang lama karena melalui
perdebatan-perdebatan yang kadang-kadang melelahkan.
3. Organisasi Lini dan Staf
Organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis organisasi yang
terdahulu disebutkan (line dan staf). Dalam organisasi ini staf bukan sekedar
pelaksana tugas tetapi juga diberikan wewenang untuk memberikan masukan demi
tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga pimpinan tidak sekedar memberikan
perintah atau nasehat tetapi juga bertanggung jawab atas perintah atau nasehat
tersebut. Keuntungan organisasi ini antara lain ialah keputusan
yang diambil oleh pimpinan lebih baik karena telah dipikirkan oleh sejumlah
orang dan tanggung jawab pimpinan berkurang karena mendapat dukungan dan
bantuan dari staf. Dalam kehidupan
sehari-hari apabila unit kerja (departemen, perusahaan dan sebagainya) akan
melaksanakan suatu rencana tidak selalu langsung diikuti oleh penyusunan
organisasi baru. Struktur organisasi itu biasanya sudah ada terlebih dahulu dan
ini relatif cenderung permanen, lebih-lebih struktur organisasi departemen. Disamping itu unit-unit kerja tersebut dijabarkan
kedalam unit-unit yang lebih kecil dan masing-masing unit-unit kerja yang lebih
kecil ini mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda-beda (dirjen, direktorat,
bidang, seksi, devisi, dan sebagainya). Masing-masing unit kerja tersebut sudah
barang tentu akan menyusun perencanaan dan kegiatan-kegiatan. Untuk pelaksanaan
rencana rutin cukup oleh staf yang ada sehingga tidak perlu menyusun organisasi
baru.
b. Organisasi Informal
Organisasi informal adalah kumpulan dari orang-orang yang
telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Contoh :
RT dan arisan.
2.8
Proses atau Langkah-langkah Pengorganisasian
Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam
proses pengorganisasian terdiri dari lima langkah:
a.
Merinci seluruh
pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi
b. Membagi beban
kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis dan memadai dapat dilakukan
oleh seseorang atau oleh sekelompok orang.
c. Mengkombinasi
pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis dan efisien
d. Penetapan
mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi dalam satu kesatuan
yang harmonis
e. Memantau efektivitas
organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau
meningkatkan efektivitas.
Menurut T.Hani Handoko (1999) proses
pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga langkah prosedur sebagai
berikut:
a. Pemerincian seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Pembagian beban
pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis dapat dilaksanakan
oleh satu orang. Pembagian kerja ini sebaiknya tidak terlalu berat juga tidak
terlalu ringan.
c. Pengadaan dan
pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan para anggota
organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.
2.9
Perilaku Organisasi
2.9.1
Definisi Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari tentang perilaku tingkat individu dan tingkat
kelompok dalam suatu organisasi serta
dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun
organisasi). Perilaku organisasi juga dikenal sebagai studi tentang organisasi.
Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan
memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi.
Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber daya manusia dan psikologi industri.
Perilaku organisasi saat ini merupakan
bidang studi yang berkembang. Jurusan studi organisasi pada umumnya ditempatkan
dalam sekolah-sekolah bisnis, meskipun banyak universitas yang juga mempunyai
program psikologi industri dan ekonomi industri pula.
Bidang
ini sangat berpengaruh dalam dunia bisnis dengan para praktisi seperti Peter Drucker dan Peter Senge yang mengubah penelitian akademik menjadi
praktik bisnis. Perilaku organisasi menjadi semakin penting dalam ekonomi
global ketika orang dengan berbagai latar belakang dan nilai budaya harus
bekerja bersama-sama secara efektif dan efisien. Namun bidang ini juga semakin
dikritik sebagai suatu bidang studi karena asumsi-asumsinya yang etnosentris
dan pro-kapitalis (lihat Studi Manajemen Kritis).
2.9.2 Kepribadian Utama yang Mempengaruhi Perilaku
Organisasi
2.9.2.1
Menurut Ahli
a. Menurut Duncan (Thoha, 2005), perilaku organisasi adalah suatu studi yang
menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu
kelompok tertentu.
b. Menurut Larry L. Cummings (Thoha, 2005), perbedaan dari perilaku organisasi
dengan disiplin ilmu lain yang erat hubungannya dengan ilmu perilaku adalah
sebagai berikut:
1.
Perbedaan antara perilaku organisasi dengan
psikologi organisasi, antara lain: psikologi organisasi membatasi konstruksi
penjelasannya pada tingkat psikologi saja, akan tetapi perilaku organisasi
konstruksi penjelasannya berasal dari multi disiplin. Kesamaan keduanya ialah
kedua bidang tersebut menjelskan perilaku orang-orang di dalam suatu
organisasi.
2.
Perbedaan antara perilaku organisasi dengan
teori organisasi didasarkan pada dua perbedaan antaranya unit analisisnya dan pusat
variabel tak bebas. Perilaku organisasi dirumuskan sebagai suatu studi dari
tingkah laku individu dan kelompok di dalam suatu organisasi dan penerapan dari
ilmu pengetahuan tertentu. Teori organisasi adalah studi tentang susunan,
proses, dan hasil-hasil dari organisasi itu sendiri.
3.
Perbedaan antara perilaku organisasi dengan
personnel dan human resources adalah, bahwa perilaku organisasi lebih
menekankan pada orientasi konsep, sedangkan personnel dan human resources
(P&HR) menekankan pada teknik dan teknologi. Variabel-variabel tak bebas,
seperti misalnya tingkah laku dan reaksi-reaksi yang efektif dalam organisasi,
seringkali muncul pada keduanya. P&HR nampaknya berada pada permukaan
antara organisasi dan individu dengan menekankan pada pengembangan dan
pelaksanaan sistem pengangkatan, pengembangan, dan motivasi dari
individu-individu di dalam suatu organisasi.
c. Menurut Davis dan Newstorm (1985), ada empat model perilaku organisasi yang
menunjukkan evolusi pemikiran dan perilaku pada bagian manajemen dan manajer.
Empat model atau kerangka kerja organisasi adalah:
1.
Otokratis – Dasar dari model ini adalah
kekuatan dengan orientasi manajerial otoritas. Para karyawan pada gilirannya
berorientasi terhadap ketaatan dan ketergantungan pada bos. Kebutuhan karyawan
yang terpenuhi adalah subsisten. Hasil kinerja minimal.
2.
Kustodian – Dasar dari model ini adalah sumber
daya ekonomi dengan orientasi manajerial uang. Para karyawan pada gilirannya
berorientasi pada keamanan dan manfaat dan ketergantungan pada organisasi.
Kebutuhan karyawan yang terpenuhi adalah keamanan. Hasil kinerja adalah
kerjasama pasif.
3.
Mendukung – Dasar dari model ini adalah
kepemimpinan dengan orientasi manajerial dukungan. Para karyawan pada
gilirannya berorientasi terhadap prestasi kerja dan partisipasi. Kebutuhan
karyawan yang terpenuhi adalah status dan pengakuan. Hasil kinerja terbangun
drive.
4.
Kolegial – Dasar dari model ini adalah
kemitraan dengan orientasi manajerial kerja sama tim. Para karyawan pada
gilirannya berorientasi ke arah perilaku yang bertanggung jawab dan disiplin
diri.
Kebutuhan
karyawan yang terpenuhi adalah aktualisasi diri. Hasil kinerja adalah
antusiasme moderat.
2.9.2.2 Secara Umum
a. Evaluasi inti diri
Evaluasi
inti diri adalah tingkat di mana individu menyukai atau tidak menyukai diri
mereka sendiri, apakah mereka menganggap diri mereka cakap dan efektif, dan
apakah mereka merasa memegang kendali atau tidak berdaya atas [lingkungan]
mereka. Evaluasi inti diri seorang individu ditentukan oleh dua elemen
utama: harga diri dan lokus kendali. Harga diri
didefinisikan sebagai tingkat menyukai diri sendiri dan tingkat sampai mana
individu menganggap diri mereka berharga atau tidak berharga sebagai seorang
manusia.
b. Machiavellianisme
Machiavellianisme
adalah tingkat di mana seorang individu pragmatis, mempertahankan jarak
emosional, dan yakin bahwa hasil lebih penting daripada proses. Karakteristik
kepribadian Machiavellianisme berasal dari nama Niccolo Machiavelli, penulis
pada abad keenam belas yang menulis tentang cara mendapatkan dan menggunakan
kekuasaan.
c. Narsisisme
Narsisisme adalah
kecenderungan menjadi arogan, mempunyai rasa kepentingan diri yang berlebihan,
membutuhkan pengakuan berlebih, dan mengutamakan diri sendiri. Sebuah
penelitian mengungkap bahwa ketika individu narsisis berpikir mereka adalah
pemimpin yang lebih baik bila dibandingkan dengan rekan-rekan mereka, atasan
mereka sebenarnya menilai mereka sebagai pemimpin yang lebih buruk. Individu
narsisis seringkali ingin mendapatkan pengakuan dari individu lain dan
penguatan atas keunggulan mereka sehingga individu narsisis cenderung memandang
rendah dnegan berbicara kasar kepada individu yang mengancam mereka.
Individu narsisis juga cenderung egoisdan eksploitif, dan acap kali memanfaatkan
sikap yang dimiliki individu lain untuk keuntungannya.
d. Pemantauan diri
Pemantauan
diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor
situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi
menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam menyesuaikan perilaku dengan
faktor-faktor situasional eksternal. Bukti menunjukkan bahwa individu dengan
tingkat pemantauan diri yang tinggi cenderung lebih memerhatikan perilaku
individu lain dan pandai menyesuaikan diri bila dibandingkan dengan individu
yang memiliki tingkat pemantauan diri yang rendah.
e.
Kepribadian tipe A
Kepribadian
tipe A adalah keterlibatan secara agresif dalam perjuangan terus-menerus untuk
mencapai lebih banyak dalam waktu yang lebih sedikit dan melawan upaya-upaya
yang menentang dari orang atau hal lain. Dalam kultur Amerika Utara,
karakteristik ini cenderung dihargai dan dikaitkan secara positif dengan ambisi
dan perolehan barang-barang material yang berhasil. Karakteristik tipe A
adalah:
1.
Selalu
bergerak, berjalan, dan makan cepat
2.
Merasa
tidak sabaran
3.
Berusaha
keras untuk melakukan atau memikirkan dua hal pada saat yang bersamaan
4.
Tidak
dapat menikmati waktu luang
5.
Terobsesi
dengan angka-angka, mengukur keberhasilan dalam bentuk jumlah hal yang bisa
mereka peroleh.
f. Kepribadian proaktif
Kepribadian
proaktif adalah sikap yang cenderung oportunis, berinisiatif, berani bertindak,
dan tekun hingga berhasil mencapai perubahan yang berarti. Pribadi proaktif
menciptakan perubahan positif daalam lingkungan tanpa memedulikan batasan atau
halangan.
2.10
Fungsi
Pengorganisasian
Fungsi
Pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi dan taktik
yang telah dirumuskan dalam perencanaan desain dalam sebuah struktur organisasi
yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang kondusif, dan
dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat bekerja secara
efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
2.10.1 Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian yaitu:
a. Mengalokasikan sunber daya,merumuskan dan menetapkan
tugas, dan menetapkan prosedur yang diperlukan.
b. Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya
garis kewenangan dan tanggung jawab.
c. Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan
pengambangan sunber daya manusia/tenaga kerja.
d. Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi
yang paling tepat.
2.10.2 Fungsi Tujuan Organisasi
a.
Patokan bagi kegiatan-kegiatan yang ada dalam
organisasi.
Melalui
penggambaran hasil-hasil di waktu yang akan datang. Fungsi tujuan memberikan
arah dan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan.
b.
Sumber Legitimasi
Dengan
meningkatkan kemampuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan,berguna untuk
meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkansumber daya dan dukungan
dari lingkungan di sekitarnya.
c.
Standar pelaksanaan
Jika
tujuan dinyatakan secara jelas dan dipahami, akan memberikan standar langsung
bagi penilaian pelaksanaan kegiatan organisasi. Setelah organisasi menetapkan
tujuan dalam bidang yang dapat dikuantifikasikan.
d.
Sumber Motivasi
Untuk mendorong
anggota lainnya dalam melaksanakan tugas, misalnya dengan memberikan intensif
bagi anggota yang melaksanakan tugasnya dengan baik, menghasilkan produk di
atas standar dan lain sebagainya yang akhirnya dapat mendorong para anggota
lainnya.
e.
Dasar Rasional Pengorganisasian
Tujuan organisasi
merupakan suatu dasar perancangan organisasi yang saling berinteraksi dalam
kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.
2.11
Tujuan
Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian adalah agar dalam pembagian tugas dapat
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab.
Dengan pembagian tugas diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan
keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani tugas-tugas yang
dibebankan. Apabila pengorganisasian itu dilakukan secara serampangan, tidak
sesuai dengan bidang keahlian seseorang, maka tidak mustahil dapat menimbulkan
kegagalan dalam penyelenggaraan pekerjaan itu.
Tujuan organisasi harus
dirumuskan dan ditetapkan dengan jelas. Hal ini penting karena:
a. Tanpa tujuan yang jelas maka organisasi tidak
akan mempunyai arah.
b. Tanpa tujuan yang jelas, organisasi tidak ada
artinya dan hanya akan menimbulkan pemborosan belaka.
c. Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam
menentukan bentuk dan struktur organisasi.
d. Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam
menentukan jumlah dan penempatan pegawai.
e. Tujuan yang jelas akan memberikan perangsang
kerja pada para anggota organisasi.
f. Tujuan yang jelas akan mempermudah pelaksanaan
koordinasi, karena mereka menyadari bahwa semua anggota organisasi bekerja
ketujuan yang sama, yaitu tujuan organisasi.
g. Tujuan yang jelas merupakan awal dari
penetapan strategi. Siasat, metode, dan prosedur yang akan dipergunakan.
h. Tujuan yang jelas merupakan dasar dari pada
organisasi untuk bergerak.
Dalam menetapkan tujuan
organisasi hendaknya hal-hal berikut diperhatikan:
a. Tujuan haarus selalu ditinjau kembali untuk
disesuaikan dengan perkembangan keadaan dan perkembangan organisasi.
b. Tujuan organisasi harus dapat dimengerti dan
dipahami oleh setiap anggota, dan dicamkan benar-benar, sedalam-dalamnya dalam
jiwa mereka.
Tujuan organisasi harus dapat diterima oleh para anggota. Apabila tujuan organisasi itu dapat diterima oleh para anggota, hal ini berarti para anggota organisasi mempunyai keyakinan bahwa tujuan pribadi mereka pun akan dapat tercapai sehingga tujuan mereka dapat dengan mudah digerakkan.
Dalam merumuskan tujuan
hendaknya dibedakan antara tujun utama, tujuan sekunder, tujun jangka panjang,
tujuan jangka pendek, tujuan jangka menengah, tujuan organisasi dan tujuan
pribadi.
a. Tujuan utama atau yang disebut juga tujuan
pokok atau tunggal yang menyebab kan timbulnya organisasi dan yang menjadi
dasar dibentuknya organisasi.
Menurut jenis
organisasi yang didirikan, tujuan utama atau tujuan pokok dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, misalnya tujuan mendapat keuntungan, tujuan untuk
memberikan kesejahteraan bagi para angora, dan tujuan untuk memberikan
kesejahteraan masyarakat dalam pemberian pelayanan kepentingan umum, misalnya:
telekomunikasi (dalam bidang komunikasi), Bank Tabungan Negara (persero) (dalam
bidang penyediaan kredit perumahan rakyat), Perusahaan Air minum (dalam
penyediaan air bersih).
b. Jangka Panjang: merupakan
tujuan akhir yang hendak dicapai oleh suatu organisasi. Kadang-kadang tujuan
akhir merupakan tujuan abstrak karena kurang jelas. Misalnya tujuan masyarakat
adil dan makmur. Sangat sulit untuk menggambarkan bagaimana bentuk dan wujud
dari pada masyarakat adil dan makmur tersebut. Tujuan jangka panjang dapat pula
diukur dengan jangka waktu yang dipergunakan untuk mencapai tujuan akhir,
misalnya waktu 25 tahun sampai dengan 30 tahun.
c. Tujuan
Organisasi dan Tujuan Pribadi: Tujuan
organisasi adalah tujuan yang telah ditentukan dalam konsep tujuan organisasi
oleh organisasi yang bersangkutan. Tujuan pribadi merupakan tujuan setiap individu
yang ada dalam organisasi. Pada
dasarnya setiap individu yang ada dalam organisasi sudah mempunyai konsep
tentang tujuan pribadi. Antara tujuan pribadi dan tujuan organisasi harus ada
kesesuaian sehingga akan memperoleh manfaat timbal balik.
Ada
beberapa tujuan pengorganisasian, yaitu:
a.
Membantu koordinasi, yaitu memberi tugas pekerjaan kepada unit
kerja secara koordinatif agar tujuan organisasi dapat melaksanakan dengan mudah
dan efektif. Koordinasai dibutuhkan tatkala harus membagi unitkerja yang terpisah
dan tidak sejenis, tetapi berada dalam satu organisasi.
b.
Memperlancar pengawasan, yaitu dapat membantu pengawasan dengan
menempatkan seorang anggota manajer yang berkompetensi dalam setiap unit
organisasi. Dengan demikian sebuah unit dapat ditempatkan di dalam organisasi
secara keseluruhan sedemikian rupa agar dapat mencapai sasaran kerjanya
walaupun dengan lokasi yang tidak sama.
Unit-unit operasional yang identik dapat disatukan dengan sistem
pengawasan yang identik pula secara terpadu.
c.
Maksimalisasi manfaat spesialisasi, yaitu dengan
konsentrasi kegiatan, maka dapat membantu seorang menjadi lebih ahli dalam
pekerjaan-pekerjaan tertentu. Spesialisasi
pekerjaan dengan dasar keahlian dapat menghasilkan produk yang berkualitas
tinggi, sehingga kemanfaatan produk dapat
d.
Memberikan kepuasan dan memperoleh kepercayaan masyarakat pengguna.
e.
Penghematan biaya, artinya dengan pengorganisasian, maka akan
tumbuh pertimbangan yang berkaitan dengan efisiensi. Dengan demikian pelaku
organisasi akan selalu berhati-hati dalam setiap akan menambah unit kerja baru
yang notabene menyangkut penambahan tenaga kerja yang relatif banyak
membutuhkan biaya tambahan berupa gaji/upah. Penambahan unit kerja sebaiknya
dipertimbangkan berdasarkan nilai sumbangan pekerja baru dengan tujuan untuk
menekan upah buruh yang berlebihan.
f.
Meningkatkan kerukunan hubungan antar manusia, dengan
pengorganisasian, maka masing-masing pekerja antar unit kerja dapat bekerja
saling melengkapi, mengurangi kejenuhan, menumbuhkan rasa saling membutuhkan,
mengurangi pendekatan materialistis. Untuk ini pihak manajer harus mampu
mengadakan pendekatan sosial dengan penanaman rasa solidaritas dan berusaha
menampung serta menyelesaikan berbagai perbedaan yang bersifat individual.
Dalam
menetapkan tujuan-tujuan itu perlu adanya pertimbangan, yaitu:
a.
Membatasi idealisme tujuan
yaitu
menghindari penetapan tujuan yang terlalu muluk, sebaiknya dilakukan
penyesuaian kapasitas kemampuan teknis dan pengetahuan dengan besarnya harapan
yang hendak dicapai.
b.
Pertimbangan waktu
artinya
penggunaan waktu yang sebaik-baiknya, sehingga efektivitas kerja dapat
terjamin.
c.
Pertimbangan sumber daya
yaitu
melihat dan penggalian potensi organisasi dan kualitas anggota organisasi untuk
kepentingan kemudahan mencapai tujuan.
d.
Keseimbangan tujuan-tujuan
artinya
perlu memperhatikan keseimbangankepentingan antara berbagai pihak. Tidak hanya
terbatas pada kepentingan pribadi atau kepentingan organisasi saja, melainkan
juga memperhatikan kepentingan pemerintah dan publik.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka tujuan-tujuan yang
ditetapkan relatif dapat diseimbangkan. Oleh karena itu dalam proses penetapan
tujuan organisasi, seorang manajer harus dapat menentukan dan menciptakan suatu
keseimbangan dari tujuan- tujuan ganda, di samping mampu memadukan berbagai
kepentingan, agar tujuan akhir dapat memberikan keseimbangan pula antara
kepentingan pribadi, organisasi, pemerintah dan masyarakat pada umumnya.
2.12 Manfaat
Organisasi
Beberapa manfaat organisasi yaitu:
a. Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih
efektif dengan adanya organisasi yang baik.
b. Organisasi dapat mengubah kehidupan masyarakat. Contoh dari manfaat ini
ialah, jika organisasi bergerak di bidang kesehatan dapat membentuk masyarakat
menjadi dan memiliki pola hidup sehat. Organisasi Kepramukaan, akan menciptakan
generasi mudah yang tangguh dan ksatria.
c. Organisasi menawarkan karier. Karier berhubungan dengan pengetahuan dan
keterampilan. Jika kita menginginkan karier untuk kemajuan hidup, berorganisasi
dapat menjadi solusi.
d. Organisasi sebagai cagar ilmu pengetahuan. Organisasi selalu berkembang
seiring dengn munculnya fenomena-fenomena organisasi tertentu. Peran penelitian
dan pengembangan sangat dibutuhkan sebagai dokumentasi yang nanti akan mengukir
sejarah ilmu pengetahuan.
Pengorganisasian
bermanfaat untuk hal-hal berikut :
a. Memungkinkan pembagian tugas sesuai dengan keadaan perusahaan.
b. Mengakibatkan adanya spesialisasi dalam melaksanakan tugas.
c. Anggota organisasi mengetahui tugas-tugas yang akan dikerjakan dalam rangka
mencapai tujuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian makalah di atas dapat disimpulkan bahwa sangat penting
Pengorganisasian (organizing) dalam manajemen. Karena merupakan fungsi dari
manajemen yang pasti ada dan sangat dibutuhkan maka peran Pengorganisasian
sangat penting dan sangat menentukan langkah selanjutnya dalam manajemen.
Pengertian
organisasi dapat diartikan menjadi dua artian yaitu, dalam
arti dinamis disebut pengorganisasian dan dalam arti statis disebut .
Secara sederhana organisasi memiliki
tiga unsur, yaitu ada orang, ada kerjasama, dan ada tujuan bersama. Tiga unsur
organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling kait atau
saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Dalam pengorganisasian terdapat 9
macam teori organisasi yaitu teori organisasi klasik, teori organisasi
birokrasi, teori organisasi human relations, teori organisasi perilaku, teori
proses, teori organisasi kepemimpinan, teori organisasi fungsi, teori
organisasi pembuatan keputusan dan teori organisasi kontingensi. Dari semua teori
ini, tidak satu teori pun yang dianggap paling lengkap atau paling sempurna,
teori-teori itu satu sama lain saling mengisi dan saling melengkapi. Teori
dianggap baik dan tepat apabila mampu memperhatikan dan menyesuaikan dengan
lingkungan dan mampu memperhitungkan situasi-situasi tertentu.
Sub bab lain yang terdapat dalam
Pengorganisasian yakni, asas atau prinsip, bentuk, sruktur, pola, langkah atau
proses, perilaku, fungsi, tujuan, dan manfaat juga mempengaruhi baik atau
tidaknya, berhasil tidaknya pengorganisasian
maupun manajemen yang menjalankannya.
Keberhasilan
atau kegagalan organisasi pasti berhubungan dengan peran para anggotanya. Suatu
keberhasilan dapat dicapai bila ada kerjasama yang baik antar para anggotanya.
Sedangkan kegagalan dapat disebabkan karena adanya faktor internal di
pengorganisasian tersebut yang bersifat negatif.
3.2 Saran
Mengingat
pentingnya pengorganisasian maka perlu kiranya masalah ini diperhatikan dan
dipahami sebaik-baiknya. Setelah mamahami pengorganisasian maka sebaiknya
diterapkan dalam bentuk actual di lapangan. Dan untuk para pemimpin sebaiknya harus mengetahui semua hal yang
menyangkut tentang organisasi baik secara individu maupun kelompok.
Agar
suatu organisasi berhasil para anggota harus saling bekerjasama dengan baik dan
menjaga kebersamaan agar apabila terjadi masalah dapat diselesaikan dengan
baik-baik tanpa jarus mengganggu proses organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Soetopo,
Hendiyat dan Soemanto, Wasty. 1982. Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Saud, Udin Syaefudin. 2005. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kadarman, A.M. et.al. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta, Gramedia.
Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Saud, Udin Syaefudin. 2005. Perencanaan Pendidikan Suatu Pendekatan Komprehensif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Kadarman, A.M. et.al. 1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta, Gramedia.
Sutisna, Oteng. 1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa.
Handoko,
T. Hani (2003), Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan
Kedelapanbelas. Yogyakarta:
BPFE-Yogyakarta.
terimakasih karna ini aq bisa lebih paham tentang ilmu organizing .........
BalasHapussama-sama terimakasih sudah berkunjung... :)
BalasHapusthanks yha... atas posting nya
BalasHapusiya sama2, semoga bermanfaat :D
Hapusmakasih gan sangat bermanfaat
BalasHapusterima kasih kak atas postingannya.
BalasHapusizin copy kak
makalahnya bagus, ijin copas ya
BalasHapusAssalamu'alaikum kak....klo masalah referensi nya gimana ya?
BalasHapus