METODE PENELITIAN SEJARAH
A.
Pengertian Metode Sejarah
Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara
yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan
suatu permasalahan. Metode sejarah bersal dari dua suku kata, yaitu metode
dan sejarah. Kata “metode” memiliki arti cara atau prosedur yang
sifatnya sistematis, metode juga dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang
harus ditempuh untuk menjelaskan objek yang dikajinya. Sedangkan “sejarah”
memiliki arti rekonstruksi masa lampau atau kejadian atau peristiwa yang sudah
terjadi di masa lampau yang tidak akan terulang kembali. Jadi, metode sejarah
dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang sistematis untuk menjelaskan
objek kajiannya dalam merekonstruksi masa lampau. Metode sejarah digunakan
sebagai metode penelitian yang pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam
pertanyaan atau 5W dan 1H, yaitu:
1. What : apa (peristiwa apa) yang terjadi?
2. When : kapan terjadinya?
3. Where : di mana terjadinya?
4. Who : siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?
5. Why : mengapa peristiwa itu terjadi?
6. How : bagaimana proses terjadinya
peristiwa tersebut?
B. Langkah-langkah Penelitian Sejarah
Sebelum melakukan penelitian seorang sejarawan harus menentukan atau
memilih topik yang akan dibahas dan yang akan diteliti. Untuk memilih sebuah
topik diperlukan kejelian dan kecermatan. Ada dua pertimbangan yang harus
dipikirkan:
1. Kedekatan Emosional, seorang sejarawan harus mendasari topik yang diteliti
dengan rasa senang, tanpa ada beban. Hal itu yang akan membantu seorang
sejarawan menjalani penelitiannya dengan baik.
2. Kedekatan Intelektual, Apabila sudah mempunyai ikatan emosional dengan
topik yang diteliti, sejarawan akan tergugah untuk mencari segala informasi
yang berkaita dengan topik yang dipilih. Dengan begitu, ia akan lebih mudah
memetakan topik dalam konteks waktu itu.
Prosedur kerja sejarawan untuk menuliskan kisah
masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau itu,
terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mencari jejak-jejak masa lampau.
2. Meneliti jejak-jejak secara kritis.
3. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
jejak-jejak itu berusaha membayangkan bagaimana gambaran masa lampau.
4. Menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif
masa lampau itu sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun imajinasi ilmiah.
C. Metode Penelitian Sejarah
1. Heuristik. Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein, artinya
memperoleh. Menurut G.J Reiner (1997), heuristik adalah suatu teknik, mencari
dan mengumpulkan sumber. Jadi Heuristik adalah tahap mencari, mengumpulkan,
menghimpun sumber-sumber, jejak-jejak sejarah yang relevan yang diperlukan
untuk dijadikan informasi yang terkait dengan topik atau judul penelitian.
Suatu prinsip di dalam heuristik adalah sejarawan harus mencari sumber
primer. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan
oleh saksi mata. Bila tidak memungkinkan mencari sumber primer maka baru
menguunakan sumber sekunder.
2. Verifikasi (kritik sumber). Verivikasi adalah langkah menyeleksi, disaring, mempelajari,
dan mempertimbangkan keabsahan data. Yang harus diuji dari data atau sumber
yang sudah diperoleh yaitu:
a. Keaslian sumber (Otentisitas): peneliti melakukan pengujian atas asli
tidaknya sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang
ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis, maka harus diteliti
kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya,
kata-katanya, dan hurufnya.
b. Keshahihan sumber (Kreedibilitas): dicari asal muasal sumber berasal karena
kesaksian sumber dalam sejarah adalah faktor terpenting dalam menentukan shohih
dan tidaknya bukti atau fakta itu sendiri.
Oleh karena itu, kritik
dilakukan sebagai alat pengendali atau pengecekan proses-proses itu serta untuk
mendeteksi adanya kekelituan yang mungkin terjadi.
3. Interpretasi: atau penafsiran sejarah disebut juga dengan analisis sejarah.
Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang
diperoleh dari sumber-sumber. Jadi interpretasi untuk mendapatkan makna dan
saling hubungan antara fakta yang satu dengan yang lainnya. Di dalam proses
interpretasi sejarah, seorang peneliti harus berusaha mencapai pengertian
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Data sejarah sering
mengandung beberapa sebab yang dapat membantu mencapai hasil. Akan tetapi,
mungkin juga sebab yang sama dapat mengantarkan hasil yang berlawanan.
4. Historiografi: Historiografi adalah penyajian
hasil interpretasi fakta dalam bentuk tulisan. Dapat dikatakan historiografi
sebagai puncak dari rangkaian kerja seorang sejarawan, dan dari tahapan inilah
dapat diketahui “baik buruknya” hasil kerja secara keseluruhan. Oleh karena
itu dalam penulisan diperlukan kemampuan menyusun fakta-fakta yang bersifat
fragmentaris ke dalam tulisan yang sistematis, utuh, dan komunikatif.
Dalam historiografi modern (sejarah kritis), seorang
sejarawan yang piawai tidak lagi terpaku kepada bentuk penulisan yang naratif
atau deskriptif, tetapi dengan multidimensionalnya lebih mengarah kepada
bentuk yang analitis karena dirasakan lebih scientific dan
mempunyai kemampuan memberi keterangan yang lebih unggul dibandingkan dengan
apa yang ditampilkan oleh sejarawan konvensional dengan sejarah naratifnya.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar