Minggu, 08 Mei 2016

Diskripsi Penelitian Aborsi (PENELITIAN GAGAL)



Diskripsi
            Mencari data tetang aborsi memiliki kesulitan yang lumayan, pada tingkat Kedinasan data aborsi atau yang dikenal dengan abortus pada bidang klinis sangatlah sulit untuk dicari karena datanya yang sangat rahasia. Tanggal 4 November 2014, kami dari kelompok yang membahas abortus memulai untuk mencari data, setelah sebelumnya mengurus surat-surat permohonan ijin untuk observasi. Permohonan ijin yang kami buat dengan persetujuan dosen pembimbing, Kaprodi, dan Wakil Dekan I, kami tujuan kepada tiga kantor kedinasan. Pertama, Kapolresta Malang. Kedua, Kepala Dinas Kesehatan. Ketiga, Direktur R.S Hermina Kota Malang. Surat permohonan ijin disahkan dan diberikan pada hari jumat tanggal 31 Oktober 2014, dan diserahkan kepada yang dituju pada tanggal 4 November 2014.
            Hari selasa tanggal 4 November 2014 jam 07:00 WIB, kami berkumpul di gedung Fakultas Ilmu Sosial, kemudian jam 07:30 kamu berangkat dengan tujuan utama adalah DINKES Kota Malang atau Dinas Kesehatan Kota Malang. Perjalanan lumayan lama, karena kami masih mencari-cari alamat Dinkes, dengan bertanya dan mencari alamat sumber dari internet. Hingga akhirnya kami sampai sekitar jam 07:50, karena kurangnya informasi dan keterangan mengenai Dinkes, kami bingung harus menuju kemana dulu, menunggu di tempat informasi tetapi tidak ada orang yang menunggu, akhirnya kami memberanikan bertanya kepada salah satu petugas yang sedang melewati lobi informasi, selagi kami mencari infomasi, teman-teman menuggu di lobi. Setelah diberi tahu oleh ibu-ibu yang kami tanyai, kamu semua segera menuju ruang administrasi yang berurusan dengan surat-menyurat dan permohonan ijin, rungannya seperti loket, kami hanya menunggu diluar ruangan dengan memberikan surat melalui jendela loket. Ibu petugas menanyai kami dengan nada penasaran.
“Dari mana mbak?”. “Dari UM buk”. “Fakultas apa mbak?”. “Fakultas Ilmu Sosial buk”. Kemudian ibu itu melanjutkan perkataannya sambil membaca surat permohonan ijin untuk observasi, namun pihak Dinkes lebih menyebutnya penelitian. “Wah mbak, pihak Fakultas mbak belum pernah membuat MOU dengan kami, dan seharunya embak membawa suratnya dari BANKESBANGPOLINMAS, bukan dari fakultas langsung. Jadi embaknya harus ke Bankesbangpolinmaas dahulu”. “Alamatnya buk, dimana?”. Ibu tersebut kemudian menjelaskan alamat Bankesbangpolinmas. Kami memeperhatikan alamat yang dijelaskan ibu tersebut, namun kami hanya membayangkan saja apa yang dimapaikan ibu tersebut, hanya berbekal ingatan dan pendengaran, kami secara singkat langsung menuju Bankesbangpolinmas.
            Berputar-putar dengan bekal ingatan dan ketidak tahuan arah, serta berbekal pengetahuan salah satu anggota kami yang mengetahui segala arah jalan yang ada di Malang, kami akhirnya berhenti di depan salah satu kantor Dinas, dan bertanya kepada satpam kantor dinas tersebut, namun nihil satpam tersebut tidak mengetahui, akhirnya kami melanjutkan perjalanan dengan mengarah ke jalan FlayOfer. Kami berada di bawah flayofer, kemudian kami bertanya kepada seorang bapak-bapak yang ada dipinggir jalan. Bapak tersebut ramah tetapi sama saja hasilnya nihil, karena tidak tahu. Sementara di depan dari pemberhentian kami terdapat beberapa sosok polisi yang sedang berjaga untuk menilang setiap kendaraan bermotor yang melewati flayofer, karena play ofer hanya dikhusukan untuk mobil atau kendaran beroda empat. Karena nihil, kami berinisiatif untuk bertanya saja kepada polisi tersebut, dan ternyata salah satu dari anggota kami dihadang oleh polisi. Polisi tersebut mengecek kelengkapan kendaraan bermotor, dan menanyai apakah teman kami itu lewat atas. Karena mersa tidak melanggar peraturan apapun, teman kami mejawab bahwa tidak melewati flayofer. Sekaligus bertanya mengenai alamat Bankesbangpolinmas, kami diberi tahu dan langsung menuju Bankesbangpolinmas.
             Kami sampai sekitar jam 09:05 WIB, kami masuk dan mengutarakan maksud kami. Bapak yang kami temui lumayan tagas, kami diminta untuk membawa surat permohonan ijin serat membawa proposal mengenai tujuan kami. Bapak tersebut menjalaskan bahwa setelah menyerahkan proposal dan surat ijin, kami baru di berikan surat yang ditujukan untuk Dinkes. Kami dengan lesu, dan kecewa kembali dengan membawa asa.
            Tujuan selanjutnya setelah bankesbangpolinmas, kami menuju Kapolresta. Sesampainya di Polresta kami bertemu dengan salah seorang teman dari kelompok lain yaitu kelompok yang memebahas judi. Kami mencari informasi lobi reskrim, kemudian kami diperintahkan untuk keruangan ibu yang mengurusi persuratan. Kami naik kelantai dua dan menyerahkan surat pemohonan ijin, surat diterima dan kami diminta untuk kembali lagi pada hari jumat tanggal 7 November.
            Perjalanan kami selanjutnya adalah RS Hermina, kami memilih RS Hermina karena merupakan RS Ibu dan Anak. Kami masuk dari sisi parkiran, dan langsung disambut tempat informasi, kami langsung mengutarakan tujuan kami. Mbak yang menjaga lobi RS terbeut langsung mejelaskan bahwa RS Hermina tidak menerima penelitian, apalagi mengenai abortus. Mbak tersebut memberi saran supaya mengajukan ke RS yang ada di kabupaten karena nisa jadi memiliki data seputar aborsi yang ada di desa-desa.
            Kami pulang dengan tangan hampa, tetapi pengalaman yang baik pada hari itu adalah perjuangan tidak mengenal kita mendapatkan data atau tidak melainkan proses kita selama memperjuangkan diri untuk mendapatkan data.
            Hari jumat pun tiba, kami siap untuk ke Polresta. Sebelum kami peri ke polresta kami meng-list daftar rumah sakit yang akan kami datangai setelah dari Polresta, kami menelfon RSI Aisyah, RSUD Kanjuruhan, dan RS Melati Husada, yang menjawab telfon kami hanya dari RSI Aisyah, dengan sekalian mengajukan proposal. Setelah menelfon RS yang terdaftar  kami berangkat ke Polresta. Sesampainya di Polresta kami langsung menuju lantai dua tempat permohonan ijin yang kami berikan pada hari selasa sebelumnya. Selanjutnya  kami diminta untuk menemui ibu yang berda di lobi polresta untuk menunjukkan kami bagian Reskrim. Kami diantar sampai pada suatu ruangan, rungannya gelap dan terdapat 2 orang bapak-bapak sebaya dan seorang Ibu. Kemudian kami ditanya mengenai apa tujuan dan apa yang dicari. Salah satu bapak sibuk mencari-cari berkas mengenai abortus yang kami maksud, terlihat bapak tersebut tidak menemukan apa yang kami butuhkan, kemudian ibu yang ada dirunga tersebut, diminta untuk mengantarkan kami ke ruangan yang lainnya, kami kiran bisa disebut bagian klinis. Kami ditanya tujuan dan apa yang dicari, kami menyampaikan tujuan kami untuk mencari data mengenai abortus. Dua ibu yang ada diruangan tersebut dengan berat hati mengatakan bahwa data yang kami cari tidak ada, alasannya karena lingkup Polresta adalah bagian kota yang tidak banyak kasus-kasus seperti aborsi terjadi dan diketahui pihak polisi. Sebelum menutup perjumpaan kami ibu tersebut memberikan pesan kepada kami bahwa Polresta sangat membutuhkan Lulusan psikologi Klinis untuk membantu mereka dalam penyembuhan korban-korban penganiayaan, ataupun lainnya. Kami pun mengiyakan pesan tersebut, kami segera keluar ruangan.
            Letak Polresta Malang berseberangan dengan RS Syaiful Anwar, segera kami memutar balik otak untuk mencoba mencari data ke RS Syaiful Anwar. Kami masuk, dan kami mencari rungan bidang humas, kami melihat petunjuk yang menjelaskan ruangan bidang Humas ada di lantai tiga. Kami naik dan sampailah kami di Ruang humas. Dirungan tersebut kami disambut dengan hangat, serta diberi pengertian mengenai abortus. Seperti biasa, kami ditanya tujuan dan hal apa yang sedang kami cari. Kami nyampaikan maksud dan tujuan kami untuk mencari data abortus. Bapaknya menimpali, disini adanya abortus yang legal, tidak ada yang ilegal. Kemudian kami menjelaskan pula bahwa kami hanya ingin memastikan bahwa apakah ada data mengenai abortus. Bapak tersebut menjawab ada, sambil menelpon bagian abortus. Ibu yang ada diseberang telepon mengatakan bahwa ada data mengenai abortus, tetapi kalian harus menyerahkan proposal dan surat permohonan ijin, kemudian diajukan kebagian DIKLIT yaitu bagian pendidikan dan penelitian, karena sangat rahasianya data abotur dan tidak sembarang orang boleh mengetahuinya maka kami memaklumi itu. Saat itu kami pulang dengan perasaan yang kecewa karena nihil tidak mendapat data, sekalitgus juga senang karena kami mencadapat kesempatan dari RS Syaiful Anwar untuk mendapatkan datanya.
            Singkat cerita kami selanjutnya pada tanggal 19 November mengajukan beberapa surat pemohonan ijin lagi untuk observasi dan mencari data. Kami menuju RS Syaiful Anwar, Bankesbangpolinmas dan RSI Aisyah. Semuanya menerima proposal dan surat ijin kami, tetapi yang membuat kecewa RS Syaiful Anwar ternyata masih akan merundingkan atau merapatkan dengan para dokter disetujuikah proposal kami, dan kami jug diharuskan memenuhi sabuah persyaratan jika ingin mancari data dari RS Syaiful Anwar. Selain itu yangn embuat kecewa adalah, kami bisa mendapatkan datanya sekitar bulan januri, kami pun mundur secara perlahan dari Syaiful Anwar karena menurut kami waktunya terlalu lama.
            Bankesbangpolinmas menyetujui proposal kami dan kami diminta untuk kembali lagi pada hari selasa tanggal 25 November. Semuanya lancar KTP salah satu anggota kami ditahan sebagai jaminan, dan bisa diambil hari selasa dengan memberikan foto copy seluruh anggota.
            RSI Aisyah juga menerima proposal kami tetapi kami harus menunggu selama satu minggu untuk mendapatkan persetujuan dari pihak rumah sakit. Kami mengiyakan dan menurut saja.
            Tiba hari selasa tanggal 25, kami berkumpul jam 07:00 dan berangkat ke Bankesbangpolinmas untuk menyerahkan foto copy dan langsung menuju Dinkes. Sampai di Dinkes kami sedikit was-was takutnya data yang kami cari tidak ada, dan apa yang kami khawatirkan pun terjadi. Dinkes tidak memiliki data mengenai abortus, Ibu yang kami temui mengatakan bahwa Dinkes tidak mengurusi hal semacam itu, Dinkes hanya mempunyai data-data umum seperti banyaknya bayi lahir atau banyaknya bayi mati. Kami kecewa, dan kami memutuskan untuk menelpon RSI Aisyah. Telpon tersambungkan tetapi kami menunggu jawaban yang tidak ada. Kami menelpon kembali dan hasilnya nihil, padahal ibu yang kami temui mngatakan untuk menelpon setelah seminggu.
            Kami kelompok abortus sangat kesusahan mencari data abortus, tetapi kami senang banyak yang kami dapat, selain itu kami juga mendapat data dari korban-korban langsung yang pernah abortus. Ada yang karena keguguran, dan ada yang karena diaborsi tetapi dengan menggunakan obat dari Cina.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar