Rabu, 02 April 2014

KERAJINAN SANDAL BANGKIAK (KELOMPEN) SINGOSARI MALANG

KERAJINAN SANDAL BANGKIAK (KELOMPEN)
SINGOSARI MALANG

PAPER
 UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Sejarah Kebudayaan Indonesia
 yang dibina oleh Bapak I Dewa Putu Eskasasnanda S.Ant.,M.A.
Oleh:
Nadiyya Q. A. Z         (120741421230)
Arum Patria Sari         (120741421220)
Desiska Arysanti         (120741421228)
M. Khoiruddin Alkaf  (120741421215)
Nurul M. J                   (120741421180)
 






UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Oktober 2013



A.  PENGANTAR
            Kebudayaan merupakan suatu hal yang berasal dari luar diri manusia, dengan kata lain budaya atau kebudayaan adalah segala hal yang bukan bawaan sejak manusia di lahirkan dan dimiliki manusia setelah lahir. Kebudayaan dipelajari dengan pembiasaan terhadap suatu budaya yang ada dilingkungan tempat manusia tinggal. Berdasarkan perkembangan evolusinya antara kebudayaan dengan manusia didalamnya banyak dihasilkan temuan-temuan yang mengandung nilai-nilai cipta rasa, karya dan karsa seperti kerajinan, karya seni, dan tradisi.
            Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buah tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang. Salah satu contoh kerajinan tangan yang mengandung unsur seni adalah pembuatan Bangkiak (Kelompen).
            Bakiak sebutan di Jawa Tengah untuk sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki terbuat dari ban bekas yang dipaku dikedua sisinya. Sebutan di Jawa Timur dikenal dengan Bangkiak dan sangat populer karena murah terutama dimasa ekonomi susah karena hanya dengan bahan kayu dan ban bekas dapat membuat bakiak yang tahan air serta suhu panas dan dingin. Diperkirakan bakiak diinspirasi oleh Jepang yang sudah memakai telapak kayu untuk Geisha-geisha (geta).
            Bangkiak awalnya dikenal sebagai sandal kayu yang banyak digunakan di daerah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Sandal bangkiak sendiri sampai sekarang masih sering terlihat digunakan di masjid-masjid sebagai alas kaki dari tempat wudlu ke tempat sholat. Berkat tangan-tangan kreatif masyarakat daerah Singosari Kota Malang dan cita rasa yang tinggi terhadap seni, sandal kayu bakiak tersebut disulap menjadi Bangkiak/Kelompen yang cantik dan lebih menarik. Kata “Kelompen” berasal dari Bahasa Belanda yang artinya sandal kayu.



B. METODE PENELITIAN
            Metode penelitian berhubungan erat dengan prosedur,  teknik,  alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus cocok dengan pendekatan  penelitian yang dipilih. Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula dengan metode penelitian yang ditetapkan. Penelitian mengenai Kerajinan Bangkiak ini dalam pelaksanaannya meliputi atau termasuk kedalam beberapa metode penelitian diantaranya yakni, penelitian secara Kualitatif, dan Studi Kasus.
            Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkap (to describe and explore) yang kedua, menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Kebanyakan penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Metode kualitatif secara garis besar dibedakan dalam dua macam, kualitatif interaktif dan non interaktif. Metode kualitatif interaktif, merupakan studi yang mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. Penelitian noninteraktif (non interactive inquiry) disebut juga penelitian analitis, mengadakan pengkajian berdasarkan analisis dokumen. Peneliti menghimpun, mengidentifikasi, menganalisis, dan mengadakan sintesis data, untuk kemudian memberikan interpretasi terhadap konsep, kebijakan, peristiwa yang secara langsung ataupun tidak langsung dapat diamati.
            Studi kasus (case study) merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu “kesatuan sistem”. Kesatuan ini dapat berupa program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh pemahaman dari kasus tersebut.
Erat kaitannya suatu metode penelitian dengan prosedur penelitian. Prosedur penelitian mengenai Kerajinan Bangkiak ini dengan beberapa tahap menurut Suharsimi Arikunto (2006: 16), secara garis besar ada empat tahapan dalam penelitian, yakni : (1) perencanaan (planning); (2) pengamatan (observing); (3) tindakan (acting); (4) pengajian.
Pelaksanaan penelitian dalam siklus digambarkan seperti bagan berikut.
                        Model Penelitian



           



            Subjek penelitian adalah pembuat Kerajinan Bangkiak Singosari, Malang, tepatnya daerah Sumberawan, Candirenggo, Singosari. Teknik pengumpulan data/informasi dalam penelitian ini dengan observasi dan wawancara. Pelaksanaan  observasi dilakukan pada hari selasa tanggal 24 September 2013, dengan memusatkan pengamatan pada tempat pembuatan, dan proses pembuatannya. Selain itu juga mengamati lingkungan sekitar tempat pembuatan Kerajinan Bangkiak tersebut beserta keadaan sosial masyarakatnya, tujuan observasi ini untuk menghindari kerancuan atau kesalahan informasi yang didapat dilapangan dengan kenyataan yang ada.
            Observasi kedua dilaksanakan pada hari selasa tanggal 1 Oktober 2013, pada observasi kedua penelitian langsung terjun kelapangan atau pada tahap tindakan, dengan melakukan wawancara langsung kepada pengrajin Bangkiak. Tahap wawancara ini meliputi pertanyaan-pertanyaan yang umum dengan poin-poin khusu didalamnya mengenai identitas diri pengrajin, latar belakang, cara kerja, serta harapan untuk kedepannya untuk Kerajianan Bangkiak Singosari Malang. Wawancara dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat tulis dan Handphone untuk merekam percakapan dan penjelasan-penjelasan yang diberikan pengrajin mengenai pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan, serta untuk mengambil beberapa foto untuk dokumentasi.


C. TEMUAN PENELITIAN
            Kerajinan Bangkiak/kelompen merupakan kerajinan terapan yang banyak diproduksi sebagai industri rumah tangga (home industry). Sentra produksi kerajinan Bangkiak di Kota Malang terdapat di Kecamatan Singosari, Kelurahan Candirenggo, Desa Sumberawan.
            Masa sekarang ini sudah sangat jarang ditemukan bangkiak dengan model biasa dari kayu yang diberi serampatan atu slop dari ban bekas. Bukan karena tidak ada yang memproduksi lagi untuk membuatnya, namun sudah berinovasi mengikuti perkembangan jaman. Salah satu pengrajin bangkiak Singosari yang berinovasi adalah Bapak Darto (42), beliau asli dari Singosari Malang, lahir pada 22 Oktober 1971, pendidikan Bapak Darto sampai dengan SLTP.
            Latar belakang Bapak Darto menekuni kerajinan membuat bangkiak adalah untuk melestarikannya, bangkiak adalah kerajinan turun-temurun dari keluarga serta merupakan ikon dari daerah singosari tersebut. Bapak Darto mulai menekuni kerajinan bangkiak sejak tahun 2005 sekitar 8 tahun yang lalu, beliau mulai belajar membuat bangkiak dengan ikut orang, karena dahulu setiap orang yang ingin membuat bangkiak belajar dengan ikut orang, hal ini terjadi karena tidak semua orang dapat membuat bangkiak. Bapak Darto selama belajar beliau mengikuti tetangga, paman serta orang tuanya sendiri, setelah mahir dan merasa yakin beliau membuka usaha sendiri.
            Bapak Darto memutuskan menekuni kerajinan bangkiak berawal karena orang tua beliau dahulunya adalah pengusaha kerajinan bangkiak dan dari orang tualah beliau sampai sekarang masih bisa bertahan untuk pemproduksi kerajinan bangkiak. Selain itu Bapak Darto ingin melestarikan kerajinan bangkiak yang merupakan ciri khas Singosari. Sekarang di daerah singosari hanya sedikit orang yang masih memproduksi kerajinan bangkiak kebanyakan dari mereka yang bekerja sebagai pengrajin bangkiak mengalami gulung tikar, karena tantangan jaman atau globalisasi yang merubah mode masyarakat sekarang. Selain hal tersebut dalam berwira usaha juga membutuhkan modal yang besar, belum lagi ketika mengalami kerugian. Bapak Darto misalnya, beliau dalam memproduksi Kerajinan Bangkiak  pernah mangalami kerugian sekitar 40 juta dan 70 juta. Memperkenalkan dan mempertahankan kerajinan juga membutuhkan usaha dan keuletan diri yang tinggi. Berwira usaha yang menyangkut dengan kerajinan harus dulakukan dengan hati dan pengetahuan yang luas, dapat membaca keadaan sosial dan perekonomian masyarakat serta minat masyarakat terhadap suatu produk.
            Kerajinan Bangkiak memiliki makna tersendiri bagi pengrajin-pengrajinnya bahkan sangat bermakna, dari membuat bangkiak dapat menghidupi masing-masing serta bisa menjadikan lapangan pekerjaan bagi orang yang membutuhkan. Selagi berenang minum air adalah inti yang dapat diberikan kepada para pengrajin bangkiak karena selain menjadi lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan sekaligus juga jalan melestarikan kerajinan bangkiak, karena banyak gulung tikar, sudah tidak produksi atau membuat bangkiak adalah pekerjaan sampingan dan ada juga yang pindah pembuatan atau membuat dengan mengikuti musimnya. Maksud mengikuti musimnya adalah tidak lagi membuat bangkiak, namun berpindah membuat sesuatu yang sedang banyak peminatnya, misalnya adalah pembuatan sandal dari karet, sepatu dari karet, ada juga yang hanya membuat alas untuk dalamnya sepatu.
            Pembuatan kerajinan bangkiak dalam prosesnya memiliki kelebihan dibandingkan dengan alas kaki yang lainnya, yakni terdapat seni didalam proses pembuatannya. Tidak sembarang orang bisa dan mampu membuat sebuah bangkiak, tanpa memiliki keterampilan dan kerajinan. Proses membuat bangkiak tidak sembarangan seperti kelihatannya sebuah bangkiak yang dinilai hanya sebagai alas kaki yang terbuat dari kayu. Selain itu dalam membuat bangkiak tidak menggunakan mesin-mesin seperti membuat sandal atau pembuatan barang-barang lainnya yang dapat diproduksi dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Proses pembuatan bangkiak seluruhnya menggunakan tangan sehingga dibutuhkan keterampilan dan kerajinan untuk memberikan nilai seni pada hasil pembuatannya.
            Membuat bangkiak dahulu merupakan mata pencaharian utama masyarakat daerah Candirenggo Sumberawan Singosari, salah satunya adalah Bapak Darto. Bahkan hingga saat ini pula beliau yang masih bertahan dengan Kerajinan Bangkiak tetap menjadikannya pencaharian utama. Menurut beliau usaha kerajinan bangkiak sudah cukup untuk menghidupi keluarganya, juga cukup untuk menyekolahkan anak-anaknya untuk kedepannya. Tidak dipungkiri pula usaha kerajinan bangkiak sudah cukup menjadikan Bapak Darto sibuk untuk memenuhi pesanan-pesanan yang datang dari luar daerah sendiri, diantaranya adalah Bali, Yogyakarta, Bandung, dan juga Surabaya. Pemesan dari Bali adalah toko oleh-oleh Krisna dan merupakan pemesan tetap, sedang dari Yogyakarta kebanyakan dari Malioboro, dan Bantul.
            Bahan baku bangkiak Singosari adalah kayu Mohoni, kisampang, dan albasiah, namun kebanyakan pengrajin bangkiak di daerah Singosari menggunakan kayu mahoni. untuk mendapatkannya harus memesan dahulu, biasanya memesan di desa lain, atau dari luar daerah Singosari. Bahan lainnya seperti cat, kain batik dan lainnya dapat dibeli di pasar. Pemesanan kayu merupakan kendala utama dalam pembuatan bangkiak karena sulit untuk mendapatkan bahan baku tersebut, selain itu kendala lainnya pada masa sekarang adalah mencari karyawan. Keterbatasan mencari karyawan menjadi kendala dalam memproduksi bangkiak untuk memenuhi pesanan-pesanan. Permasalahan mengenai karyawan tidak semua orang mau dan bisa, kadang ada yang berminat dan ingin tetapi tidak bisa dalam hal seninya atau kreatifitasnya itu kurang, disisi lain ada yang memiliki ketrampilan dan kreatifitas seni namun tidak berminat.
            Bangkiak yang kita ketahui secara umum berbentuk alas kaki biasa yang dihaluskan kemudian di pasang slop dari ban bekas yang dipaku pada kedua sisinya. Kemudian bangkiak berkembang dengan model dicat motif bunga-bunga, tidak sekedar itu ada yang diwarna seluruhnya kemudian dicat dengan motif-motif tertentu. Sangat banyak kerajinan bangkiak yang penuh kreasi namun, setelah perkembangan jaman bangkiak sudah jarang peminatnya. Bagi para pengrajin bangkiak hal tersebut merupakan tantangan untuk tetap bisa mempertahankan dan memunculkan kreasi-kreasi baru agar posisi bangkiak tidak pernah kalah dengan mode yang sedang banyak diminati pembeli.
            Bapak Darto adalah salah satu pengrajin bangkiak yang berusaha mempertahankan bangkiak dengan memunculkan inovasi-inovasi baru untuk dikembangkan. Ditangan Bapak Darto, bangkiak Singosari muncul dengan inovasi adaya ukiran dan lukisan pada alas kaki, selain itu jika dahulu tidak ada hak, sekarang berkembang dengan adanya hak yang berukuran sekitar 3 cm sampai 5 cm. Kemudian jika model dahulu bangkiak menggunakan slop dari ban bekas, sekarang bangkiak tidak lagi menggunakan ban bekas, namun menggunakan bahan seperti gabus kain yang kuat dan ditempel dengan kain batik. Selain itu tidak hanya slop namun juga berbentuk jepit yang sama-sama terbuat dari gabus kain yang kuat kemudian di tempel dengan kain batik.
            Inovasi Bapak Darto pada saat itu mendapat tanggapan positiv dari pembeli, mereka menyukainya, dengan kreasi dan inovasi baru bangkiak terlihat tidak monoton dengan bentuk yang biasa-biasa saja. Bahkan Bali, Surabaya, dan Yogya pun menambah pemesanan mereka, serta mereka juga berharap muncul inovasi baru lagi.
            Proses pembuatan kerajinan bangkiak meliputi beberapa tahap yakni:
1.      Pemotongan kayu yang sudah dipesan dari ukuran panjang sekitar 1,5 meter dan diameter kurang lebih 25 sampai 30 cm, dipotong atau dibelah dengan ukuran 10 cm. Proses pemotongan menggunakan gergaji mesin yang berukuran besar.
2.      Potongan-potongan kayu tersebut dibentuk sesuai dengan model atau pola yang sudah dibuat serta disesuaikan dengan ukuran kaki. Membentuk sesuai pola menggunakan golok dan sugu.
3.      Setelah terbentuk pola, bangkiak atau biasa disebut kelompen setengah jadi tersebut dikeringkan dengan cara dioven. Pengovenan ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat didalam kayu, supaya bangkiak yang sudah jadi nantinya tidak berat ketika dipakai. Setelah dioven kelompen akan berwarna kecoklat-coklatan dan semakin kuat.
4.      Setelah pengovenan selesai bangkiak diampelas untuk menghaluskan permukaan kelompen.
5.      Kelompen yang sudah halus lalu di-sanding atau penyemprotan dengan hardener yang berfungsi untuk menutupi pori-pori pada permukaan kayu. Setelah itu pemasangan karet alas dengan lem khusus pada permukaan bawah bangkiak supaya ketika digunakan untuk berjalan tidak terlalu berbunyi, namun sebelum pengeleman diberi lubang dengan bor untuk pemasangan jepit.
6.      Tahap selanjutnya adalah proses pengukiran dan pelukisan. Proses pengukiran seluruhnya dilakukan dengan tangan dan harus penuh ketelitian dan konsentrasi yang baik supaya dihasilkan bentuk yang bagus, dan dapat tertuangkan nilai seni kedalam ukiran tersebut. Proses pelukisanpun tidak jauh beda, harus penuh dengan ketelitian dan konsentrasi yang baik, agar hasil dari lukisan tersebut mengandung makna seni yang dapat menarik pembeli karena keindahannya.
7.      Setelah proses pelukisan dan pengukiran, maka masuk kepada tahap pemasangan slop dan jepit. Pada pemasangan slop atau jepit digunakan paku khusus supaya terlihat sebagai aksesoris.
8.      Selanjutnya adalah tahap finishing, yakni penempelah label harga dan pengepakan kedalam plastik-plastik kemudian dimasukkan kedalam kardus untuk dikirim kepada pemesan.
            Kerajinan Bangkiak Singosari sudah terkenal tidak hanya cakupan nasional tetapi juga internasional. Kerajinan Bangkiak Singosari pernah di ekspor ke wilayah Autralia, dan juga Italia. Mirisnya kerajinan bangkiak singosari tidak mendapat respon yang baik bagi masyarakat lokal sendiri. Bapak Darto sebagai pengrajin Bangkiak Singosari pernah mencoba untuk diperjual belikan di pasar daerah sendiri namun tidak laku-laku.
            Menghindari tidak lakunya bangkiak didaerah sendiri, Bapak Darto membuat bangkiak ketika ada pesanan, namun pesanan tersebut tidak tanggung-tanggung banyaknya. Salah satunya adalah pemesan tetap Bapak Darto sejak 3 tahun yang lalu yakni Toko Oleh-oleh Krisna Bali, yang memesan 500 sampai seribu pasang dalam jangka waktu beberapa minggu. Sehari saja Bapak Darto dapat memproduksi minimal kurang lebih sebanyak 100 pasang. Beliau dibantu dengan 12 karyawannya yang merupakan tetangganya. Proses pembuatan dari pemotongan kayu sampai menjadi kelompen yang sudah dioven dan dihaluskan berada dirumah produksi Bapak Darto. Setelah proses tersebut kelompen tersebut dikerjakan dirumah masing-masing karyawan, mulai dari pengukiran, pelukisan dan pemasangan slop atau jepitnya. Setelah selesai lalu Bapak Darto pemilik produksi tersebut mengambilnya dari rumah karyawan satu ke rumah karyawan yang lainnya.
            Pemesan dari Australia berawal dari ketika Bapak Darto mengirim pesanan ke Bali, kemudian dari pihak Bali diperkenalkan kepada Bapak Darto, dan pihak Australia memesan sekitar 1000 pasang hanya dalam jangka waktu beberapa minggu, karena merasa sedikit keberatan beliau menawarkan kepada tetangga-tetangganya yang juga pengrajin Bangkiak, namun nihil dan akhirnya Bapak Darto mengerjakan sendiri dengan dibantu karyawannya.
            Sama halnya dengan pemesan dari Australia, dari Italia memesan sebanyak 2000 pasang namun desain dan modelnya ditentukan dari Italia sendiri. Italia menghendaki desain dengan model batik tulis asli menggunakan malam dan dalam jangka waktu 2 bulan sudah harus dikirim. Proses pembuatan bangkiak sesuai dengan permintaan pihak Italia banyak memakan waktu pada proses pembatikan, karena batik tulis harus dilakukan dengan ketelitian dan konsentrasi yang baik. Selain hal tersebut mahalnya bahan baku batik saat itu juga menjadi kendala untuk menyelesaikan pesanan dari Italia. Setelah memenuhi pesanan dari Italia, Bapak Darto meminta supaya diperbolehkan menggunakan desain Bangkiak Batik Tulis dari Italia, untuk dikembangkan dan diproduksi di Indonesia, namun dari pihak Italia tidak memperbolehkannya, sehingga Bapak Darto kembali menekuni Kerajinan Bangkiak ukir dan lukisnya.
            Pembuatan Kerajinan Bangkiak Singosari masih bertahan hingga saat ini karena masih terdapat peminatnya. Meskipun tidak sebanyak tahun-tahun sebelum mulai bermunculan model-model sandal yang lebih modern, juga sandal-sandal terbuat dari karet yang lebih simpel dan modelnya yang bermacam-macam. Bapak Darto sebagai pengrajin Bangkiak Singosari akan terus berusaha mempertahankannya meskipun sudah mulai berkurang peminatnya. Beliau juga terus menciptakan inovasi-inovasi untuk mengembangkan Kerajinan Bangkiak Singosari, supaya lebih dikenal lagi oleh masyarakat sendiri dan peminatnya tidak hanya dari daerah luar.
            Inovasi yang ingin direalisasikan oleh Bapak Darto untuk memperkaya  kerajinan bangkiak singosari yakni membuat Bangkiak Batik. Seperti pesanan dari Italia, namun Bapak Darto mengembangkannya dengan desain dan model sendiri. Bukan memplagiat desain dari Italia, namun sebelum Italia memesan Kepada Bapak Darto Bangkiak Batik, beliau sudah memiliki rencana tersebut untuk dikembangkan dan sebagai temuan baru untuk menghadapi perkembangan model-model sandal modern, namun beliau belum memiliki kesempatan untuk merealisasikan. Sekarang kelompen dengan model modern banyak ditemukan dalam bentuk ”wedges” yang sangat banyak peminatnya. Wedges dikembangkan dari kelompen/bangkiak dengan hak tinggi yang rata dengan bermacam-macam model.
            Bapak Darto selaku pengrajin bangkiak berharap untuk kedepannya lebih banyak lagi peminat Kerajinan Bangkiak Singosari, beliau juga memiliki harapan kelak anak-anaknya supaya  meneruskan Kerajinan Bangkiak Singosari, supaya Kerajinan Bangkiak Singosari tidak punah dan terus berkembang dengan inovasi-inovasi yang baru untuk menghadapi tantangan jaman dan juga untuk menyambut akan adanya sistem pasar bebas pada tahun 2015 yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Setiadi, E.M. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Dharma, S. 2008. Pendekatan, Jenis, Dan Metode Penelitian Pendidikan . Jakarta: Yrama Widya
Anonim. 2013. Kerajinan, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajinan), diakses 14 Oktober 2013.
Anonim. 2011. Sandal Kayu Malang, (Online), (http://malang.olx.co.id/sandal-kayu-iid-165485664), diakses 14 Oktober 2013.

Siswo, S. 2012. WoodWalk : Sepatu Kayu Karya Paul Coudamy, (Online), (http://trubuskreatif.blogspot.com/2012/03/woodwalk-sepatu-kayu-karya-paul-coudamy.html), diakses 14 Oktober 2013.

Anonim. 2013. Bakiak, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Bakiak), diakses 14 Oktober 2013.

Hastuti, D. 2013. Geta, Kelom Jepang, (Online), (http://dhenokhastuti.wordpress.com/tag/bakiak-jepang/), diakses 14 Oktober 2013.

Azkia, R. 2010. Permainan Tradisional Bakiak, (Online), (http://risyazkiya.blogspot.com/2010/12/permainan-tradisional-bakiak.html), diakses 14 Oktober 2013.

Bimantara, F. 2011. Bagaimana Cara Membuat Geta (Sandal Tradisional Jepang), (Online), (http://fahrizal182.blogspot.com/2011/01/bagaimana-cara-membuat-geta-sandal.html), diakses 14 Oktober 2013.

Tjio, A H. 2013. Bakiak Berasal Darimana?, (Online), (http://web.budaya-tionghoa.net/index.php/item/2660-bakiak-berasal-dari-mana-), diakses 14 Oktober 2013.

Anonim. 2013. Karya Seni Terapan Mancanegara Eropa, (Online), (http://www.bimbingan.org/karya-seni-terapan-mancanegara-eropa.htm), diakses 14 Oktober 2013.

Anonim. 2013. Kelom Geulis~Sandal Kayu Cantik, ( Online), (http://ikmkotatasik.blogspot.com/2013/05/kelom-geulissandal-kayu-cantik.html), diakses 14 Oktober 2013.

Haryanto. 2012. Pendekatan, Jenis dan Metode Penelitian Pendidikan, (Online), (http://belajarpsikologi.com/pendekatan-jenis-dan-metode-penelitian-pendidikan/), diakses 14 Oktobr 2013.

Robby, K. 2012. Konsep Dan Macam-Macam Metode Penelitian, (Online), (http://karobby.wordpress.com/2012/05/12/konsep-dan-macam-macam-metode-penelitian/), diakses 14 Oktober 2013.

Wayan. 2012. Paparan Data Dan Temuan Hasil Penelitian, (Online), (http://wayanweb.wordpress.com/ptk/metode-penelitian/paparan-hasil-penelitian/), diakses 14 Oktober 2013.

Wahid, F. 2012. Menulis Temuan Penelitian, (Online), (http://publikasiinternasional.wordpress.com/2012/10/10/menulis-temuan-penelitian/), diakses 14 Oktober 2013.

Arief. 2013. Menulis Paper Ilmiah, (Online), (http://ari3f.wordpress.com/2013/05/29/menulis-paper-ilmiah/), diakses 14 Oktober 2013.

Fathul, W. 2012. Merangkai Bahasa Dalam Publikasi Ilmiah, (Online), (http://publikasiinternasional.wordpress.com/2012/04/27/merangkai-bahasa-dalam-publikasi-ilmiah/), diakses 14 Oktober 2013.

Tamaro, A. 2013. Paper Ilmiah, (Online), (http://apiptamaro.blogspot.com/2013/01/paper-ilmiah.html), diakses 14 Oktober 2013.

2 komentar:

  1. alamat lengkap lokasinya ada mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kecamatan Singosari, Kelurahan Candirenggo, Desa Sumberawan. untuk rt dan rw nya maaf saya kurang tahu :D

      Hapus