PENGANTAR ANTROPOLOGI
TUGAS OBSERVASI
Kelompok 12. Anggota:
·
Mulyoadi
·
Rahma
Fitriana
·
Nadiyya
Qurrotu Aini Zummi
Prodi:
P.IPS / Off:B
Tema: Observasi secara Vrestegen
Tempat: Jalan Ambarawa
PENJUAL MOLEN IMUT
A.
Diskripsi
Molen adalah makan atau jajanan yang
lumayan banyak peminatnya dari berbagai kalangan masyarakat. Molen adalah jajan
yang terbuat dari tepung yang dicampur dengan berbagai macam adonan yakni
telur, mentega, dan tepung itu sendiri dengan sedikit buahan penyedap. Adonan
tersebut dicampur hingga merata, lalu dipipihkan dengan alat penggiling molen.
Setelah terbentuk seperti lembaran yang panjang, lalu digulung dengn diberi isi
bermacam-macam rasa, namun umumnya molen berisikan pisang.
Molen imut yang dijual oleh ibuk Wati,
adalah salah satu jenis molen yang juga banyak penggemarnya. Molen ini memiliki
kekhasan yakni bentuknya yang imut kecil-kecil, dibandingkan dengan ukuran
molen semestinya. Ibu Wati menjual molen imut sejak tahun 2002 di Jalan
Ambarawa, beliau berjualan molen imut bersama dengan suaminya. Molen imut Ibu Wati memiliki 3 varian
rasa isi yakni coklat, pisang, dan tapai (tape), masing-masing molen dijual
satu bijinya adalah Rp100,-. Rumah asli Ibu Wati beralamatkan di Jalan MT Hariyono, Dinoyo, beliau berangkat
dari rumah menuju ke Jalan Ambarawa untuk berjualan sekitar jam 8 pagi dengan naik
mikrolet (Lan). Meski bu wati berangkan jam 8 pagi namun suami Ibu Wati sudah
berangkat sejak jam 6 pagi, untuk mempersiapkan segala keperluan untuk
berjualan, untuk menyiapkan adonan-adonan molen, dan mengolah adonan tersebut
menjadi molen. Ketika ibu Wati sudah sampai di tempat berjualan, ibu Wati dan
suaminya membuat molen bersama-sama, dari proses pemipihan, penggulungan dengan
diberi isi-isian, sampai tahap penggorengan. Lalu setelah proses penggorengan
suami bu Wati menyiapkan kendaraan dengan obrok untuk berjualan keliling.
Biasanya suami ibu wati berjualan keliling di STAIN, SMP 13, dan UB.
Ibu Wati memiliki seorang anak yang masih
sekolah di bangku SD kelas 4, jadi bu wati sebelum berangkat berjualan bu wati
juga mempersiapkan kebutuhan untuk anaknya dan ketika ditinggal berjualan anak
bu wati dirumah bersama neneknya, karena kakeknya sudah meninggal. Selain
mempersiapkan untuk keperluan anaknya bu Wati juga menyelesaikan urusan rumah
dahulu, menyiapkan keperluan rumah, seperti, memasak atau membelu lauk, mencuci
piring, baju, dan juga membersihkan rumah .
Dulu bu wati bekerja di konveksi kain lalu
pindah berkerja sebagai pegawai di pabrik rokok selama 2 tahun, sedang suaminya
hanya pengangguran yang bekerja hanya bu wati. Bu wati hanya lulusan SMP saja,
jadi hanya bisa bekerja sebagai karyawan saja, namun setelah 2 tahun bu
wati bekerja di pabrik rokok tersebut bu
wati kena PHK, dan dari PHK tersebut bu wati dan suaminya memilih berjualan
empek-empek, namun tidak membuat sendiri, tetapi mengambil dari orang lain lalu
dijual kembali. Empek-empek yang dijual bu Wati sangat laris dan banyak
pembelinya namun ibu wati dan suaminya tidak nyamannya berjualan kalau bukan
barang sendiri, dan uang hasil penjualan juga harus disetor. Karena merasa
beban maka ibu Wati memutuskan untuk tidak berjualan empek-empek lagi.
Dalam keadaan tidak bekerja, dan tidak
berpenghasilan, suatu hari ibu Wati mengajak suaminya untuk berjalan-jalan ke
pasar lama ketempat saudara suami ibu Wati. Saudara dari suami ibu Wati
tersebut berjualan molen imut di pasar lama, pada waktu bu Wati dan suaminya
berkunjung, oleh saudaranya diajari bagaimana membuat molen imut, dan dari
situlah bu Wati dan suaminya memulai mencoba membuat molen imut dan berjualan
molen imut. Sekarang saudara beliau yang berjualan molen imut sudah tidak lagi
berjualan molen imut tetapi berjualan cakwe dan es.
Setelah belajar membuat molen imut ibu
Wati akhirnya menetap untuk berjualan molen imut sampai sekarang. Molen imut bu
wati sangat laris dan banyak penggemarnya, hingga 10 tahun yang lalu bu wati
memiliki 4 pegawai dan 4 gerobak, yang berjualannya tersebar. Namun karena
berjualannya di pinggir jalan, dan banyaknya pembeli yang menyebabkan
terganggunya jalan maka peraturan tidak membolehkan berjualan di pinggir jalan,
dan akhirnya 4 pegawai bu wati tersebut tidak dipekerjakan lagi.
Setelah itu bu wati dan suaminya hanya
berjualan dengan 1 gerobak saja, dan mulai mencari-cari tempat untuk berjualan
molen imut. Di semua tempat sudah di jelajahi namun peraturan pun tetap tidak
memperbolehkan. Sampai akhirnya bu wati mencari-cari tempat di jalan Ambarawa,
dan menemukan tempat. Tempat tersebut berada dekat dengan patung singa di depan
pagar sebuah rumah, awalnya bu wati dan suaminya juga takut kalau pemilik rumah
tersebut tidak memperbolehkan, namun pemilik rumah tersebut malah menyuruh
untuk berjualan dan di beri tempat di depan pagar rumahnya yang sebelah kanan
dan tanpa membayar uang sewa tempat, gerobak dan penggorengan bu wati pun juga
di perbolehkan untuk di titipkan di rumah tersebut, sehingga bu wati dan
suaminya tidak perlu repot-repot membawa gerobaknya pulang. Sebenarnya tidak
hanya ibu wati dan suaminya yang di beri tempat untuk berjualan di depan pagar
rumah tersebut namun juga memberi tempat
untuk penjual-penjual lain juga, pemilik rumah tersebut memberi tempat karena
merasa kasihan kepada pedagang-pedagang yang tidak diperboleh kan berjualan di
pinggir jalan.
Dari berjualan molen imut ibu wati dan
suaminya mendapat keuntungan sekitar 300.000-350.000 pada saat sepi, dan
400.000 pada saat ramai. Pembelinya pun di jalan Ambarawa mayoritas adalah
mahasiswa UM, dan pada saat UM libur, suami bu wati berjualan dengan motor
keliling ketempat yang belum libur seperti STAIN, dan UB, setelah STAIN dan UB
libur UM pun sudah masuk perkuliahan, sehingga bu wati dan suaminya tetap
selalu berjualan.
B.
Tanggapan
Dari hasil pendeskripsian diatas dapat
disimpulkan bawah ide membuat molen imut dengan berbagai variasi rasa dan tidak
seperti molen-molen biasanya yang berukuran besar dengan isi hanya pisang,
merupakan sebuah inovasi baru, yaitu proses pembaharuan dari molen yang
berukurang besar menjadi molen yang berukuran kecil. Karena banyaknya pembeli
dan juga banyak yang menggemari molen imut tersebut sehingga pembaharuan molen
besar menjadi molen imut tersebut merupakan sebuah invention, yaitu sebuah
pembaharuan yang sudah di terima oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar