PERAN-PERAN ILMU SOSIAL DALAM “NASIONAL CHARACTER BUILDING”
Mengikuti
perkembangan dunia secara global peran serta setiap ilmu untuk turut andil
dalam pembanguan kualitas sumber daya masyarakat secara keseluruhan haruslah
lebih mengarah kepada suatu perubahan yang lebih baik dan berdasarkan
fakta-fakta sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat indonesia. Setiap bangsa yang melaksanakan pembangunan selalu menginginkan
perubahan yang mengarah pada kemajuan bangsanya. Dan keberhasilan pembangunan
tersebut tidak akan terlaksana tanpa adanya semangat juang dari seluruh
komponen bangsa untuk maju bersama-sama. Seperti misalnya semangat perubahan
Cina dan India yang dapat sukses membangun negaranya berdasarkan pada
pembangunan nasional yang kuat. Cina dengan reformasi ekonomi gaya Deng
Xiaoping, India dengan perpaduan serasi antara agama dengan kasta serta
meritrokasi.
Pembangunan
karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi pembangunan fisik saja tetapi
dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar atau
pondasi pembangunan karakter bangsa tersebut. Sehingga esensi fisik dari
pembangunan berawal pada internalisasi nilai-nilai untuk menuju pada
pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan yang berorientasi pada
tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai
sosio-kemasyarakatan dan budaya. Berikut
adalah peran-peran ilmu sosial dalam pembangunan, diantaranya:
PERAN PANCASILA
Pembinaan karakter bangsa Indonesia terus dilaksanakan secara
terus-menerus demi terciptanya generasi muda penerus bangsa yang memiliki
mental saing kuat dalam menghadapi globalisasi. Pembinaan karakter bangsa
Indonesia juga dilandasi oleh nilai-nilai dasar pancasila. Pancasila
sebagai landasan pembangunan berarti nilai-nilai dasar pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi
logis terhadap pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai
dasar negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai
dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia
termasuk dalam melaksanakan pembangunan karakter bangsa. Nilai-nilai dasar
Pancasila dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Sedangkan Pembangunan
nasional Indonesia diarahkan pada upaya peningkattan harkat dan martabat
manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan.
Sehingga, pembangunan nasional bangsa Indonesia dapat dimaknai sebagai upaya
peningkatan harkat dan martabat manusia secara total atau menyeluruh
berdasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam pancasila.
Dalam
melaksanakan pembangunan sosial berdasarkan pancasila maka pembangunan sosial
tersebut harus bertujuan untuk mengembangkan harkat dan martabat manusia secara
total. Oleh karena itu, pembangunan yang berdasarkan pancasila harus
dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Pembangunan dengan berlandaskan pada pancasila tersebut meliputi bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
PERAN ILMU SEJARAH
Merujuk dari pendapat Sartono Kartodidjo (1988) bahwa dalam rangka
pembangunan bangsa, pengajaran sejarah tidak semata-mata berfungsi untuk
memberikan pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi
juga bertujuan menyadarkan anak didik atau membangkitkan kesadaran sejarahnya.
Karena, seperti yang tertuang dalam Peraturam Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, pengetahuan masa lampau
tersebut mengandung nilainilaikearifan yang dapat digunakan untuk melatih
kecerdasan, membentuk sikap,watak dan kepribadian peserta didik.
Berangkat dari
landasan berpikir bahwa pendidikan sejarah pada dasarnya tidak untuk masa
sekarang saja, tetapi juga untuk masa mendatang. Mengingat sejarah merupakan
mata pelajaran yang pada dasarnya bertujuan untuk membangun karakter bangsa.
Dengan kata lain, merujuk pada isi Permendiknas Nomor 22 Tahun 2003, mata
pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban
bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Materi sejarah:
1.
Mengandung
nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme,nasionalisme,
dan semangat pantang menyerah yang mendasari prosespembentukan watak dan
kepribadian peserta didik.
2.
Memuat
khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradabanbangsa Indonesia.
Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yangmendasar bagi proses pembentukan
dan penciptaan peradaban bangsaIndonesia di masa depan.
3.
Menanamkan
kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untukmenjadi perekat
bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.
4.
Sarat
dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi
krisismultidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.
Berguna
untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawabdalam memelihara
keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
ILMU SOSIOLOGI
Peranan ilmu sosiologi dalam pembangunan kualitas sumber daya
masyarakat tentunya sangat penting dilihat dari segi pengertian dari sosiologi
itu sendiri. Sosiologi merupakan pengetahuan atau ilmu tentang sifat
masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi
merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakt dan pengaruhnya
terhadap kehidupan manusia. Dalam buku August Comte yang pertama kalinya
berjudul “Cours De Philosophie Positive” pada tahun (1798-1875), terdapat tiga
tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan tahap
sebelumnya. Tiga tahapan itu adalah :
1.
Tahap teologis, adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda
di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di
atas manusia.
2.
Tahap metafisis, pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam
setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya
akan dapat diungkapkan. Oleh karena itu adanya kepercayaan bahwa setiap
cita-cita terkait pada suatu realits tertentu dan tidak ada usaha untuk
menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3.
Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia mulai berfikir secara
ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian terhadap perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian terhadap perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
Dalam pembangunan kualitas sumber daya masyarakat indonesia
tentunya tidak luput dari fakta sosial, tindakan sosial, Khayalan sosilogis,
dan realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat indonesia secara umum ataupun
khusus untuk membuat suatu pemecahan terhadap hal-hal yang dapat menurunkan
kualitas sumber daya masyarakat. Perubahan masyarakat dapat dipelajari muali
dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasrkan fakta sosial itu
dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh.
ILMU ANTROPOLOGI
Kekuatan
antropologi dan sosiologi adalah dalam melakukan analisa terhadap berbagai
krisis pembangunan. Di Indonesia sendiri antropologi memiliki peran sebagai
konseptual dan teoretikal mampu untuk melakukan penelitian dan analisis atas
gejala-gejala yang menjadi ciri-ciri dari masyarakat majemuk yang telah selama
ini. Dengan pemahaman massyarakat yang majemuk ini sebagai masyarakat yang
multiultural. Dengan demikian konsep-konsep antropologi seperti etnocentrisme
yang melihat kebudayaan memiliki kekhasnya masing masing dan tidak ada
kebudayaan yang lebih tinggi atupun rendah. Dengan demikian antropologi
menjembatani banyaknya kemajemukan yang ada di indonesia.
Selain itu kajian-kajian etnografi
sangat dibutuhkan dalam perkembangan antropologi dewasa ini dan harus
disesuaikan dengan upaya pembangunan masyarakat Indonesia menuju masyarakat
yang multikultural. Penelitian etnografi yang terfokus dan mendalam, yang akan
mampu mengungkap apa yang adai dibalik gejala-gejala yang dapat diamati dan
didengarkan, dan yang akan mampu menghasilkan sebuah kesimpulan dalam mendukung
pembangunan yang bersifat nasional itu. Selain itu pendekatan kualitatif dan
etnografi, yang biasanya dianggap tidak ilmiah karena tidak ada angkaangka
statistiknya digunakan dengan menggunakan metode-metode yang baku, karena
justru pendekatan kualitatif inilah yang ilmiah dan obyektif dalam
konteks-konteks masyarakat atau gejala-gejala dan masalah yang ditelitinya.
ILMU
GEOGRAFI
Pendidikan geografi, memiliki
‘kewajiban formal’ untuk mendukung pada tujuan pendidikan karakter bangsa juga
mengandung potensi nilai yang besar dalam memaksimalkan fungsi geografi dalam
kehidupan sehari-hari. Secara umum, ada lima sumbangan pedagogis yang diberikan
oleh geografi. Yaitu wawasan dalam ruang, persepsi relasi antar gejala,
pendidikan keindahan, kecintaan tanah air, dan saling pengertian internasional.
Geografi itu memiliki lima nilai, yakni. Geografi memiliki nilai teoritis,
yaitu geografi berusaha untuk membaca realitas geosfera yang terjadi dengan
membicarakan, membahas, menelaah atau menganalisis fenomena geosfera. Pada sisi
kedua, geografi juga memberikan nilai praktis, khususnya dalam
memberikan teknik-teknik pembacaan peta, atau membaca medan. Nilai ketiga,
geografi memiliki nilai edukatif, baik aspek kognitif,
afektif-konatif dan juga psikomotor. Nilai edukasi dari geografi yaitu sebagai
bagian dari strategi pengembangan sumber daya manusia dengan pendekatan atau
strategi yang harus dilakukan yaitu perlu untuk memperhatikan konteks ruang dan
kondisi sosial-budaya masyarakat. Pada konteks inilah, peran geografi menjadi
sangat penting. Keempat, geografi memberikan peran dalam pengembangan nilai filsafat,
misalnya dalam memahami hakikat hidup di lingkungan ini. Sistem ekologi, yang
kian hari kian meluntur kualitasnya, perlu dipahami sebagai sesuatu hal yang
bersifat filosofis. Keberadaan alam yang tidak abadi, aksi manusia dan alam,
keberadaan manusia dalam alam adalah beberapa nilai filosofis yang bisa mengemuka
sebagai bagian dari pendidikan filsafatnya. Kelima, geografi memiliki nilai Ketuhanan.
Sebagai umat manusia, atau sebagai makhluk, yang dikaruniai budi atau akal
fikiran, selain kita mengerti tantang apa yang kita pelajari, juga perlu untuk
merenungi apa yang telah kita pelajari tersebut.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar