Keterangan
Pemerintah Indonesia tentang politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana
Menteri Mr.Ali Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953,
menyatakan;
“Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab
(Afrika) kami pandang penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat
negara-negara tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah perdamaian dunia
yang kekal. Kerjasama antar negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai
benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang
menyenangi kerjasama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu
negara-negara itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama
dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama
(commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama
tersebut akan kami lanjutkan dan pererat”.
Bunyi pernyataan tersebut
mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja sama
di antara negara-negara Asia Afrika.
Pada awal tahun 1954, Perdana Menteri Ceylon
(Srilangka) Sir Jhon Kotelawala mengundang para Perdana Menteri dari Birma (U
Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo), dan Pakistan
(Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan informal di negaranya.
Undangan tersebut di terima baik oleh semua pimpinan pemerintah negara yang
diundang.
Pertemuan yang kemudian disebut
Konferensi Kolombo itu dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei
1954. konferensi ini membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan
bersama.
Yang menarik perhatian para peserta konferensi,
diantaranya pernyataan yang diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia :
“Where do we stand now, we the peoples of Asia , in
this world of ours to day?” (“Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia sedang
berada di tengah-tengah persaingan dunia?”), kemudian pernyataan tersebut
dijawab sendiri dengan menyatakan:
“We have noe indeed at the cross-roads of the
historyof mankind. It is therefore that we Prime Minister of five Asian
countries are meeting here to discuss those crucial problems whice urge
Indonesia to propose that another conference be convened wide3r in scope,
between the African and Asian Nations. I am convined that the problems are not
only convened to the Asian countries represented here but also are of equal
importance to the Afrika and other Asian countries”.
(Kita sekarang berada dipersimpangan jalan sejatah
umat manusia. Oleh karena itu kita Lima Perdana Menteri negara-negara Asia
bertemu disini untuk membicarakan masalah-masalah yang krusial yang sedang
dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong
Indonesia mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas,
antara negara-negara Afrika dan Asia . Saya percaya bahwa masalah-masalah itu
tidak terjadi hanya di negara-negara Asia yang terwakili disini, tetapi juga
sama pentingnya bagi negara-negara Afrika dan Asia lainnya”).
Pernyataan tersebut memberi arah
kepada lahirnya Konferensi Asia Afrika.
Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika
diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu
akhirnya diterima oleh semua konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.
Perdana Menteri Indonesia pergi ke
Kolombo untuk memenuhi undangan Perdana Menteri Srilangka dengan membawa
bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah Indonesia . Bahan-bahan tersebut
merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia di negara-negara
Asia dan Afrika yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mr.Sunario. rapat dinas
tersebut diadakan di tugu ( Bogor ) pada tanggal 9 Sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama
pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta
konferensi mkembicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara
Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki
sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
USAHA-USAHA PERSIAPAN KONFERENSI
Konferensi Kolombo telah menugaskan Indonesia agar menjejaki kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui saluran diplomatic kepada 18 negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhada ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut dijelasakan bahwa tujuan utama konferense tersebut ialah untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia afrika pada saat itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya, walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang berbeda.
Konferensi Kolombo telah menugaskan Indonesia agar menjejaki kemungkinan untuk diadakannya Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia melakukan pendekatan melalui saluran diplomatic kepada 18 negara Asia Afrika. Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut terhada ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut dijelasakan bahwa tujuan utama konferense tersebut ialah untuk membicarakan kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia afrika pada saat itu, mendorong terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi menyambut baik ide tersebut dan menyetujui Indonesia sebagai tuan rumahnya, walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat berbagai pendapat yang berbeda.
Pada tanggal 18 Agustus 1954,
Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India, melalui suratnya, mengingatkan
Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi dunia dewasa ini yang
semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan Konferensi Asia
Afrika. Memang Perdana Menteri India dalam menerima usul itu masih disertai
keraguan akan berhasil-tidaknya usul itu dilaksanakan. Barulah setelah
kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada tanggal 25 September 1954, beliau
yakin benar akan pentingnya diadakan konferensi semacam itu, seperti tercermin
dalam pernyataan bersama pada akhir kunjungan Perdan Menteri Indonesia :
“The prime reprensentatives discussed also the
proposal to have a conference of representatives of Asians and African
countries and were agreed that a conference of this kind was desirble and world
be helpful in promoting. Is should be held at an early date”.
(“Para Perdana Menteri telah membicarakan usulan untuk
mengadakan sebuah konferensi yang mewakili negara-negara Asia dan Afrika serta
menyetujui konferensi seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu
terciptanya perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke arah masalah (yang dihadapi).
Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin”).
Keyakinan serupa dinyatakan pula
oleh Perdana Menteri Birma U Nu pada tanggal 28 september 1954.
Dengan demikian, maka usaha-usaha
penyelidikan atas kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika
dianggap selesai dan berhasil serta usaha selanjutnya ialah mempersiapkan
pelaksanaan konferensi itu.
Atas undangan Perdana Menteri
Indonesia, para Perdan Menteri peserta Konferensi Kolombo (Birma, Srilangka,
India, Indonesia, dan Pakistan) mengadakan Konferensi di Bogor pada tanggal 28
dan 29 Desember 1954, yang dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara.
Konferensi ini membicarakan persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Bogor berhasil
merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika diadakan atas
penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi
negara sponsornya. Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh
Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
TUJUAN KONFERENSI
Konferensi Bogor menghasilkan 4 tujuan pokok
Konferensi Asia Afrika yaitu :
- Untuk
memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerjasama antar
bangsa-bangsa Asia dan Afrika , untuk menjelajah serta memajukan
kepentingan-kepentingan mereka , baik yang silih ganti maupun yang
bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan persahabatan serta
perhubungan sebagai tetangga baik.
- Untuk
mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan social ,
ekonomi , dan kebudayaan Negara yang diwakili.
- Untuk
mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus bangsa-bangsa
Asia dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional dan
tentang masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme.
- Untuk
meninjau kedudukan Asia dan Afrika , serta rakyat-rakyatnya didalam dunis
dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan
perdamaian serta kerja sama didunia.
PESERTA DAN WAKTU KONFERENSI
Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara.yaitu : Afganistan, Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang thai), Turki, Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara), Vietnam Selatan, dan Yaman . Waktu Konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1995.
Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara.yaitu : Afganistan, Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir, Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos, Libanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand (Muang thai), Turki, Republik Demokrasi Vietnam (Vietnam Utara), Vietnam Selatan, dan Yaman . Waktu Konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April 1995.
Mengingat Negara-negara yang akan
diundang mempunyai politik luar negeri serta system politik dan social yang
berbeda-beda.Konferensi Bogor menentukan bahwa menerima undangan untuk turut
dalam konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa Negara peserta tersebut akan
berubah atau dianggap berubah pendiriannya mengenai status dari negara-negara
lain.Konferensi menjunjung tinggi pula asas bahwa bentuk pemerintahan atau cara
hidup sesuatu negara sekali-sekali tidak akan dapat dicampuri oleh negara
lain.Maksud utama konferensi ialah supaya negara-negara peserta menjadi lebih
saling mengetahui pendirian mereka masing-masing
Dalam penutup komunike terakhir
dinyatakan bahwa Konferensi Asia Afrika menganjurkan menganjurkan supaya kelima
negara penyelenggara mempertimbangkan untuk diadakan pertemuan berikutnya dari
konferensi ini, dengan meminta pendapat negara-negara pesreta lainnya. Tetapi
usaha untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika kedua sesalu mengalami hambatan
yang sulit diatasi. Tatkala usaha itu hampir terwujud (1964), tiba-tiba di
negara tuan rumah (Aljazair) terjadi pergantian pemerintahan, sehingga
konferensi itu jadi.
Konferensi Asia Afrika di Bandung,
telah berhasil menggalang persatuan dan kerja sama di antara negara-negara Asia
dan Afrika,baik dalam menghadapi masalah internasional maupun masalah regiobal
. Konferensi serupa bagi kalangan tertentu di Asia dan Afrika beberapa lkali
diadakan pula, seperti Konferensi Wartawan Asia Afrika , Konferensi Islam Asia
Afrika, Konferensi Pengarang Asia Afrika, dan Konferensi Mahasiswa Asia Afrika.
Konferensi Asia Afrika telah
membakar semangat dan menambah kekuatan moral para pejuang bangsa-bangsa Asia
da Afrika yang pada masa itu tengah memperjuangkan kemerdekaan tanah air
mereka, sehingga kemudian lahirlah sejumlah negara merdeka dibenua Asia dan
Afrika. Semua itu menandakan bahwa ciat-cita dan semangat Dasa Siala Bandung
semakin merasuk kedalam tubuh bangsa-bangsa Aia dan Afrika.
Jiwa Bandung dengan Dasa Silanya telah mengubah
pandangan dunia tentang hubungan internasional. Bandung telah melahirkan faham
Dunia Ketiga atau “ Non-Aligned”terhadap dunia pertamanya Washington dan Dunia
keduanya Moscow Jawa Bandung telah mengubah juga struktur perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB). Forum PBB bukan lagi forum eksklusif Barat dan Timur.
Sebagai penutup uraian singkat ini,
dikutip bagian terakhir pidato penutupan Ketua Konferensi Asuia Afrika sebagai
berikut : “May we continue on the way we have taken together and may the
Bandung Conference stay as a beacom guiding the future progress of Asia and
Afrika”
( “ Semoga kita dapat meneruskan perjalanan kita
diatas jalan yang telah kita pilih bersama-sama dan semoga Konferensi Bandung
ini tetap tegak sebagai sebuah mercusuar yang membimbing kemajuan dimasa depan
dari Asia dan Afrika “)
KOMUNIKE AKHIR KONFERENSI ASIA AFRIKA
Konferensi Asia Afrika bersidang di Bandung dari
tanggal 18 sampai 24 April 1955, atas undangan dari para Perdana Menteri Birma,
Srilanka , India , Indonesia , dan Pakistan . Kecuali negara-negara sponsor,
konferensi ini juga dihadiri oleh 24 negara sebagai berikut :
- Kamboja
- Republik
Rakyat Cina
- Ethiopia
- Pantai
Emas
- Iran
- Irak
- Jepang
- Yordania
- Laos
- Lebanon
- Liberia
- Libya
- Nepal
- Filipina
- Saudi
Arabia
- Sudan
- Syiria
- Muang
Thai
- Turki
- Republik
Demokrasi Viet-Nam
- Viet-nam
Selatan
- Yaman
- Afganistan
- Mesir
Konferensi Asia Afrika membicarakan
masalah-masalah yang menjadi perhatian dan kepentingan bersama negara-negara
Asia dan Afrika dan membahas cara-cara dan upaya-upaya agar rakyat mereka dapat
mencapai kerjasama ekonomi , kebudayaan, dan politik yang lebih erat.
- Kerjasama Ekonomi
- Kerjasama Kebudayaan
- Hak-hak Asai Manusia dan Hak Menentukan Nasib
Sendiri
- masalah
rakyat-rakyat yang belum merdeka
- masalah-masalah
lainnya
- Peningkatan Perdamaian dan
kerjasama Dunia
- deklarasi PERDAMAIAN DAN
KERJASAMA DUNIA
Konferensi Asia Afrika menyatakan
keyakinannya, bahwa kerukunan kerjasama yang sesuai dengan prinsip-prinsip
tersebut akan memberikan sumbangan yang berhasilguna bagi pemeliharaan dan
peningkatan perdamaian dan keamanan internasional, sedang bekerjasama dibidang
ekonomi, sosial dan kebudayaan akan membantu terciptanya kesejahteraan dan
kemakmuran semua.
Konferensi Asia Afrika menganjurkan agar kelima negara
sponsor memikirkan penyelenggaraan konferensi berikutnya, setelah berkonsultasi
dengan negara-negara peserta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar