Sabtu, 15 Juni 2013

PENGANTAR ANTROPOLOGI TUGAS OBSERVASI "PENJUAL MOLEN IMUT"

PENGANTAR ANTROPOLOGI
TUGAS OBSERVASI
Kelompok 12. Anggota:
·         Mulyoadi                                             
·         Rahma Fitriana                                    
·         Nadiyya Qurrotu Aini Zummi            
Prodi: P.IPS / Off:B

Tema: Observasi secara Vrestegen
Tempat: Jalan Ambarawa
PENJUAL MOLEN IMUT
A.    Diskripsi
      Molen adalah makan atau jajanan yang lumayan banyak peminatnya dari berbagai kalangan masyarakat. Molen adalah jajan yang terbuat dari tepung yang dicampur dengan berbagai macam adonan yakni telur, mentega, dan tepung itu sendiri dengan sedikit buahan penyedap. Adonan tersebut dicampur hingga merata, lalu dipipihkan dengan alat penggiling molen. Setelah terbentuk seperti lembaran yang panjang, lalu digulung dengn diberi isi bermacam-macam rasa, namun umumnya molen berisikan pisang.
      Molen imut yang dijual oleh ibuk Wati, adalah salah satu jenis molen yang juga banyak penggemarnya. Molen ini memiliki kekhasan yakni bentuknya yang imut kecil-kecil, dibandingkan dengan ukuran molen semestinya. Ibu Wati menjual molen imut sejak tahun 2002 di Jalan Ambarawa, beliau berjualan molen imut bersama dengan suaminya.           Molen imut Ibu Wati memiliki 3 varian rasa isi yakni coklat, pisang, dan tapai (tape), masing-masing molen dijual satu bijinya adalah Rp100,-. Rumah asli Ibu Wati beralamatkan  di Jalan MT Hariyono, Dinoyo, beliau berangkat dari rumah menuju ke Jalan Ambarawa untuk berjualan sekitar jam 8 pagi dengan naik mikrolet (Lan). Meski bu wati berangkan jam 8 pagi namun suami Ibu Wati sudah berangkat sejak jam 6 pagi, untuk mempersiapkan segala keperluan untuk berjualan, untuk menyiapkan adonan-adonan molen, dan mengolah adonan tersebut menjadi molen. Ketika ibu Wati sudah sampai di tempat berjualan, ibu Wati dan suaminya membuat molen bersama-sama, dari proses pemipihan, penggulungan dengan diberi isi-isian, sampai tahap penggorengan. Lalu setelah proses penggorengan suami bu Wati menyiapkan kendaraan dengan obrok untuk berjualan keliling. Biasanya suami ibu wati berjualan keliling di STAIN, SMP 13, dan UB.
      Ibu Wati memiliki seorang anak yang masih sekolah di bangku SD kelas 4, jadi bu wati sebelum berangkat berjualan bu wati juga mempersiapkan kebutuhan untuk anaknya dan ketika ditinggal berjualan anak bu wati dirumah bersama neneknya, karena kakeknya sudah meninggal. Selain mempersiapkan untuk keperluan anaknya bu Wati juga menyelesaikan urusan rumah dahulu, menyiapkan keperluan rumah, seperti, memasak atau membelu lauk, mencuci piring, baju, dan juga membersihkan rumah .
      Dulu bu wati bekerja di konveksi kain lalu pindah berkerja sebagai pegawai di pabrik rokok selama 2 tahun, sedang suaminya hanya pengangguran yang bekerja hanya bu wati. Bu wati hanya lulusan SMP saja, jadi hanya bisa bekerja sebagai karyawan saja, namun setelah 2 tahun bu wati  bekerja di pabrik rokok tersebut bu wati kena PHK, dan dari PHK tersebut bu wati dan suaminya memilih berjualan empek-empek, namun tidak membuat sendiri, tetapi mengambil dari orang lain lalu dijual kembali. Empek-empek yang dijual bu Wati sangat laris dan banyak pembelinya namun ibu wati dan suaminya tidak nyamannya berjualan kalau bukan barang sendiri, dan uang hasil penjualan juga harus disetor. Karena merasa beban maka ibu Wati memutuskan untuk tidak berjualan empek-empek lagi.
      Dalam keadaan tidak bekerja, dan tidak berpenghasilan, suatu hari ibu Wati mengajak suaminya untuk berjalan-jalan ke pasar lama ketempat saudara suami ibu Wati. Saudara dari suami ibu Wati tersebut berjualan molen imut di pasar lama, pada waktu bu Wati dan suaminya berkunjung, oleh saudaranya diajari bagaimana membuat molen imut, dan dari situlah bu Wati dan suaminya memulai mencoba membuat molen imut dan berjualan molen imut. Sekarang saudara beliau yang berjualan molen imut sudah tidak lagi berjualan molen imut tetapi berjualan cakwe dan es.
      Setelah belajar membuat molen imut ibu Wati akhirnya menetap untuk berjualan molen imut sampai sekarang. Molen imut bu wati sangat laris dan banyak penggemarnya, hingga 10 tahun yang lalu bu wati memiliki 4 pegawai dan 4 gerobak, yang berjualannya tersebar. Namun karena berjualannya di pinggir jalan, dan banyaknya pembeli yang menyebabkan terganggunya jalan maka peraturan tidak membolehkan berjualan di pinggir jalan, dan akhirnya 4 pegawai bu wati tersebut tidak dipekerjakan lagi.
      Setelah itu bu wati dan suaminya hanya berjualan dengan 1 gerobak saja, dan mulai mencari-cari tempat untuk berjualan molen imut. Di semua tempat sudah di jelajahi namun peraturan pun tetap tidak memperbolehkan. Sampai akhirnya bu wati mencari-cari tempat di jalan Ambarawa, dan menemukan tempat. Tempat tersebut berada dekat dengan patung singa di depan pagar sebuah rumah, awalnya bu wati dan suaminya juga takut kalau pemilik rumah tersebut tidak memperbolehkan, namun pemilik rumah tersebut malah menyuruh untuk berjualan dan di beri tempat di depan pagar rumahnya yang sebelah kanan dan tanpa membayar uang sewa tempat, gerobak dan penggorengan bu wati pun juga di perbolehkan untuk di titipkan di rumah tersebut, sehingga bu wati dan suaminya tidak perlu repot-repot membawa gerobaknya pulang. Sebenarnya tidak hanya ibu wati dan suaminya yang di beri tempat untuk berjualan di depan pagar rumah tersebut  namun juga memberi tempat untuk penjual-penjual lain juga, pemilik rumah tersebut memberi tempat karena merasa kasihan kepada pedagang-pedagang yang tidak diperboleh kan berjualan di pinggir jalan.
      Dari berjualan molen imut ibu wati dan suaminya mendapat keuntungan sekitar 300.000-350.000 pada saat sepi, dan 400.000 pada saat ramai. Pembelinya pun di jalan Ambarawa mayoritas adalah mahasiswa UM, dan pada saat UM libur, suami bu wati berjualan dengan motor keliling ketempat yang belum libur seperti STAIN, dan UB, setelah STAIN dan UB libur UM pun sudah masuk perkuliahan, sehingga bu wati dan suaminya tetap selalu berjualan.

B.     Tanggapan

      Dari hasil pendeskripsian diatas dapat disimpulkan bawah ide membuat molen imut dengan berbagai variasi rasa dan tidak seperti molen-molen biasanya yang berukuran besar dengan isi hanya pisang, merupakan sebuah inovasi baru, yaitu proses pembaharuan dari molen yang berukurang besar menjadi molen yang berukuran kecil. Karena banyaknya pembeli dan juga banyak yang menggemari molen imut tersebut sehingga pembaharuan molen besar menjadi molen imut tersebut merupakan sebuah invention, yaitu sebuah pembaharuan yang sudah di terima oleh masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar