Rabu, 17 Oktober 2012

METODE PENELITIAN SEJARAH


METODE PENELITIAN SEJARAH
A.    Pengertian Metode Sejarah
      Metode penelitian sejarah adalah metode atau cara yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan suatu permasalahan. Metode sejarah bersal dari dua suku kata, yaitu metode dan sejarah. Kata “metode” memiliki arti cara atau prosedur yang sifatnya sistematis, metode juga dapat diartikan sebagai langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menjelaskan objek yang dikajinya. Sedangkan “sejarah” memiliki arti rekonstruksi masa lampau atau kejadian atau peristiwa yang sudah terjadi di masa lampau yang tidak akan terulang kembali. Jadi, metode sejarah dapat diartikan sebagai cara atau prosedur yang sistematis untuk menjelaskan objek kajiannya dalam merekonstruksi masa lampau. Metode sejarah digunakan sebagai metode penelitian yang pada prinsipnya bertujuan untuk menjawab enam pertanyaan atau 5W dan 1H, yaitu:
1.      What     : apa (peristiwa apa) yang terjadi?
2.      When    : kapan terjadinya?
3.      Where   : di mana terjadinya?
4.      Who      : siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut?
5.      Why       : mengapa peristiwa itu terjadi?
6.      How       : bagaimana proses terjadinya peristiwa tersebut?
B.     Langkah-langkah Penelitian Sejarah
      Sebelum melakukan penelitian seorang sejarawan harus menentukan atau memilih topik yang akan dibahas dan yang akan diteliti. Untuk memilih sebuah topik diperlukan kejelian dan kecermatan. Ada dua pertimbangan yang harus dipikirkan:
1.      Kedekatan Emosional, seorang sejarawan harus mendasari topik yang diteliti dengan rasa senang, tanpa ada beban. Hal itu yang akan membantu seorang sejarawan menjalani penelitiannya dengan baik.
2.      Kedekatan Intelektual, Apabila sudah mempunyai ikatan emosional dengan topik yang diteliti, sejarawan akan tergugah untuk mencari segala informasi yang berkaita dengan topik yang dipilih. Dengan begitu, ia akan lebih mudah memetakan topik dalam konteks waktu itu.
      Prosedur kerja sejarawan untuk menuliskan kisah masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau itu, terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Mencari jejak-jejak masa lampau.
2.      Meneliti jejak-jejak secara kritis.
3.      Berdasarkan informasi yang diperoleh dari jejak-jejak itu berusaha membayangkan bagaimana gambaran masa lampau.
4.      Menyampaikan hasil-hasil rekonstruksi imajinatif masa lampau itu sehingga sesuai dengan jejak-jejaknya maupun imajinasi ilmiah.
C.    Metode Penelitian Sejarah
1.      Heuristik. Heuristik berasal dari bahasa Yunani heurishein, artinya memperoleh. Menurut G.J Reiner (1997), heuristik adalah suatu teknik, mencari dan mengumpulkan sumber. Jadi Heuristik adalah tahap mencari, mengumpulkan, menghimpun sumber-sumber, jejak-jejak sejarah yang relevan yang diperlukan untuk dijadikan informasi yang terkait dengan topik atau judul penelitian.
            Suatu prinsip di dalam heuristik adalah sejarawan harus mencari sumber primer. Sumber primer dalam penelitian sejarah adalah sumber yang disampaikan oleh saksi mata. Bila tidak memungkinkan mencari sumber primer maka baru menguunakan sumber sekunder.
2.      Verifikasi (kritik sumber). Verivikasi adalah  langkah menyeleksi, disaring, mempelajari, dan mempertimbangkan keabsahan data. Yang harus diuji dari data atau sumber yang sudah diperoleh yaitu:
a.       Keaslian sumber (Otentisitas): peneliti melakukan pengujian atas asli tidaknya sumber, berarti ia menyeleksi segi-segi fisik dari sumber yang ditemukan. Bila sumber itu merupakan dokumen tertulis, maka harus diteliti kertasnya, tintanya, gaya tulisannya, bahasanya, kalimatnya, ungkapannya, kata-katanya, dan hurufnya.
b.      Keshahihan sumber (Kreedibilitas): dicari asal muasal sumber berasal karena kesaksian sumber dalam sejarah adalah faktor terpenting dalam menentukan shohih dan tidaknya bukti atau fakta itu sendiri.
      Oleh karena itu, kritik dilakukan sebagai alat pengendali atau pengecekan proses-proses itu serta untuk mendeteksi adanya kekelituan yang mungkin terjadi.
3.      Interpretasi: atau penafsiran sejarah disebut juga dengan analisis sejarah. Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber. Jadi interpretasi untuk mendapatkan makna dan saling hubungan antara fakta yang satu dengan yang lainnya. Di dalam proses interpretasi sejarah, seorang peneliti harus berusaha mencapai pengertian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya peristiwa. Data sejarah sering mengandung beberapa sebab yang dapat membantu mencapai hasil. Akan tetapi, mungkin juga sebab yang sama dapat mengantarkan hasil yang berlawanan.
4.      Historiografi: Historiografi adalah penyajian hasil interpretasi fakta dalam bentuk tulisan. Dapat dikatakan historiografi sebagai puncak dari rangkaian kerja seorang sejara­wan, dan dari tahapan inilah da­pat diketahui “baik buruknya” hasil kerja secara keseluruhan. Oleh karena itu dalam penulisan diperlukan kemampuan menyu­sun fakta-fakta yang bersifat fragmentaris ke dalam tulisan yang sistematis, utuh, dan ko­munikatif.
Dalam historiografi modern (sejarah kritis), seorang sejarawan yang piawai tidak lagi terpaku ke­pada bentuk penulisan yang naratif atau deskriptif, tetapi de­ngan multidimensionalnya le­bih mengarah kepada bentuk yang analitis karena dirasakan lebih scientific dan mempunyai kemampuan memberi kete­rangan yang lebih unggul diban­dingkan dengan apa yang ditampilkan oleh sejarawan konvensio­nal dengan sejarah naratifnya.
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar