Rabu, 19 Desember 2012

PERAN-PERAN ILMU SOSIAL DALAM “NASIONAL CHARACTER BUILDING”


PERAN-PERAN ILMU SOSIAL DALAM “NASIONAL CHARACTER BUILDING”

Mengikuti perkembangan dunia secara global peran serta setiap ilmu untuk turut andil dalam pembanguan kualitas sumber daya masyarakat secara keseluruhan haruslah lebih mengarah kepada suatu perubahan yang lebih baik dan berdasarkan fakta-fakta sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat indonesia. Setiap bangsa yang melaksanakan pembangunan selalu menginginkan perubahan yang mengarah pada kemajuan bangsanya. Dan keberhasilan pembangunan tersebut tidak akan terlaksana tanpa adanya semangat juang dari seluruh komponen bangsa untuk maju bersama-sama. Seperti misalnya semangat perubahan Cina dan India yang dapat sukses membangun negaranya berdasarkan pada pembangunan nasional yang kuat. Cina dengan reformasi ekonomi gaya Deng Xiaoping, India dengan perpaduan serasi antara agama dengan kasta serta meritrokasi.
            Pembangunan karakter suatu bangsa tidak cukup dalam esensi pembangunan fisik saja tetapi dibutuhkan suatu orientasi yang lebih kuat yaitu suatu landasan dasar atau pondasi pembangunan karakter bangsa tersebut. Sehingga esensi fisik dari pembangunan berawal pada internalisasi nilai-nilai untuk menuju pada pembangunan tata nilai atau sebaliknya pembangunan yang berorientasi pada tatanan fisik tersebut dijiwai oleh semangat peningkatan tata nilai sosio-kemasyarakatan dan budaya.  Berikut adalah peran-peran ilmu sosial dalam pembangunan, diantaranya:
PERAN PANCASILA
            Pembinaan karakter bangsa Indonesia terus dilaksanakan secara terus-menerus demi terciptanya generasi muda penerus bangsa yang memiliki mental saing kuat dalam menghadapi globalisasi. Pembinaan karakter bangsa Indonesia juga dilandasi oleh nilai-nilai dasar pancasila. Pancasila sebagai landasan pembangunan berarti nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi logis terhadap pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional.
Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia termasuk dalam melaksanakan pembangunan karakter bangsa. Nilai-nilai dasar Pancasila dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Sedangkan Pembangunan nasional Indonesia diarahkan pada upaya peningkattan harkat dan martabat manusia yang meliputi aspek jiwa, raga, pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Sehingga, pembangunan nasional bangsa Indonesia dapat dimaknai sebagai upaya peningkatan harkat dan martabat manusia secara total atau menyeluruh berdasarkan pada nilai-nilai yang ada dalam pancasila.
Dalam melaksanakan pembangunan sosial berdasarkan pancasila maka pembangunan sosial tersebut harus bertujuan untuk mengembangkan harkat dan martabat manusia secara total. Oleh karena itu, pembangunan yang berdasarkan pancasila harus dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan dengan berlandaskan pada pancasila tersebut meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
PERAN ILMU SEJARAH
            Merujuk dari pendapat Sartono Kartodidjo (1988) bahwa dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah tidak semata-mata berfungsi untuk memberikan pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi juga bertujuan menyadarkan anak didik atau membangkitkan kesadaran sejarahnya. Karena, seperti yang tertuang dalam Peraturam Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilainilaikearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,watak dan kepribadian peserta didik.
            Berangkat dari landasan berpikir bahwa pendidikan sejarah pada dasarnya tidak untuk masa sekarang saja, tetapi juga untuk masa mendatang. Mengingat sejarah merupakan mata pelajaran yang pada dasarnya bertujuan untuk membangun karakter bangsa. Dengan kata lain, merujuk pada isi Permendiknas Nomor 22 Tahun 2003, mata pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Materi sejarah:
1.      Mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme,nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari prosespembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
2.      Memuat khasanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradabanbangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yangmendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsaIndonesia di masa depan.
3.      Menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untukmenjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa.
4.      Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi krisismultidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawabdalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
ILMU SOSIOLOGI
            Peranan ilmu sosiologi dalam pembangunan kualitas sumber daya masyarakat tentunya sangat penting dilihat dari segi pengertian dari sosiologi itu sendiri. Sosiologi merupakan pengetahuan atau ilmu tentang sifat masyarakat, perilaku masyarakat, dan perkembangan masyarakat. Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakt dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Dalam buku August Comte yang pertama kalinya berjudul “Cours De Philosophie Positive” pada tahun (1798-1875), terdapat tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan tahap sebelumnya. Tiga tahapan itu adalah :
1.      Tahap teologis, adalah tingkat pemikiran manusia bahwa semua benda di dunia mempunyai jiwa dan itu disebabkan oleh suatu kekuatan yang berada di atas manusia.
2.      Tahap metafisis, pada tahap ini manusia menganggap bahwa didalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Oleh karena itu adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realits tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hukum-hukum alam yang seragam.
3.      Tahap positif, merupakan tahap dimana manusia mulai berfikir secara ilmiah.
Comte kemudian membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Sosiologi statis memusatkan perhatian pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat. Sosiologi dinamis memusatkan perhatian terhadap perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan.
            Dalam pembangunan kualitas sumber daya masyarakat indonesia tentunya tidak luput dari fakta sosial, tindakan sosial, Khayalan sosilogis, dan realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat indonesia secara umum ataupun khusus untuk membuat suatu pemecahan terhadap hal-hal yang dapat menurunkan kualitas sumber daya masyarakat. Perubahan masyarakat dapat dipelajari muali dari fakta sosial demi fakta sosial yang muncul. Berdasrkan fakta sosial itu dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh.
ILMU ANTROPOLOGI
            Kekuatan antropologi dan sosiologi adalah dalam melakukan analisa terhadap berbagai krisis pembangunan. Di Indonesia sendiri antropologi memiliki peran sebagai konseptual dan teoretikal mampu untuk melakukan penelitian dan analisis atas gejala-gejala yang menjadi ciri-ciri dari masyarakat majemuk yang telah selama ini. Dengan pemahaman massyarakat yang majemuk ini sebagai masyarakat yang multiultural. Dengan demikian konsep-konsep antropologi seperti etnocentrisme yang melihat kebudayaan memiliki kekhasnya masing masing dan tidak ada kebudayaan yang lebih tinggi atupun rendah. Dengan demikian antropologi menjembatani banyaknya kemajemukan yang ada di indonesia.
            Selain itu kajian-kajian etnografi sangat dibutuhkan dalam perkembangan antropologi dewasa ini dan harus disesuaikan dengan upaya pembangunan masyarakat Indonesia menuju masyarakat yang multikultural. Penelitian etnografi yang terfokus dan mendalam, yang akan mampu mengungkap apa yang adai dibalik gejala-gejala yang dapat diamati dan didengarkan, dan yang akan mampu menghasilkan sebuah kesimpulan dalam mendukung pembangunan yang bersifat nasional itu. Selain itu pendekatan kualitatif dan etnografi, yang biasanya dianggap tidak ilmiah karena tidak ada angkaangka statistiknya digunakan dengan menggunakan metode-metode yang baku, karena justru pendekatan kualitatif inilah yang ilmiah dan obyektif dalam konteks-konteks masyarakat atau gejala-gejala dan masalah yang ditelitinya.

ILMU GEOGRAFI
            Pendidikan geografi, memiliki ‘kewajiban formal’ untuk mendukung pada tujuan pendidikan karakter bangsa juga mengandung potensi nilai yang besar dalam memaksimalkan fungsi geografi dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, ada lima sumbangan pedagogis yang diberikan oleh geografi. Yaitu wawasan dalam ruang, persepsi relasi antar gejala, pendidikan keindahan, kecintaan tanah air, dan saling pengertian internasional. Geografi itu memiliki lima nilai, yakni. Geografi memiliki nilai teoritis, yaitu geografi berusaha untuk membaca realitas geosfera yang terjadi dengan membicarakan, membahas, menelaah atau menganalisis fenomena geosfera. Pada sisi kedua, geografi juga memberikan nilai praktis, khususnya dalam memberikan teknik-teknik pembacaan peta, atau membaca medan. Nilai ketiga, geografi memiliki nilai edukatif, baik aspek kognitif, afektif-konatif dan juga psikomotor. Nilai edukasi dari geografi yaitu sebagai bagian dari strategi pengembangan sumber daya manusia dengan pendekatan atau strategi yang harus dilakukan yaitu perlu untuk memperhatikan konteks ruang dan kondisi sosial-budaya masyarakat. Pada konteks inilah, peran geografi menjadi sangat penting. Keempat, geografi memberikan peran dalam pengembangan nilai filsafat, misalnya dalam memahami hakikat hidup di lingkungan ini. Sistem ekologi, yang kian hari kian meluntur kualitasnya, perlu dipahami sebagai sesuatu hal yang bersifat filosofis. Keberadaan alam yang tidak abadi, aksi manusia dan alam, keberadaan manusia dalam alam adalah beberapa nilai filosofis yang bisa mengemuka sebagai bagian dari pendidikan filsafatnya. Kelima, geografi memiliki nilai Ketuhanan. Sebagai umat manusia, atau sebagai makhluk, yang dikaruniai budi atau akal fikiran, selain kita mengerti tantang apa yang kita pelajari, juga perlu untuk merenungi apa yang telah kita pelajari tersebut.
Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar